MAKALAH
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
“TEORI-TEORI DALAM BELAJAR”
Dosen Pengampu : Saimun, S.Ag, M.Si
Oleh :
M. Rafli Ardiansyah (160103080)
Kelas 2C Tadris Matematika
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MATARAM (IAIN).
Tahun Akademik 2017/2018
PEMBAHASAN
A. Pendekatan Pemrosesan Informasi
a. Sifat pendekatan pemrosesan informasi
1. Informasi, memori dan pemikiran
Pendekatan pemrosesan informasi menekankan bahwa anak-anak memanipulasi
informasi, memonitor dan menyiasatinya. Inti dari pendekatan ini adalah memori dan
pemikiran. Menurut pendekatan pemrosesan informasi, anak-anak akan mengembangkan
kapasitas untuk memproses informasi yang secara bertahap mengalami peningkatan.
Hal tersebut memungkinkan untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang
semakin kompleks.
2. Kapasitas dan kecepatan pemrosesan informasi
Kemampuan pemrosesan informasi anak-anak meningkat ketika mereka
tumbuh dan menjadi dewasa, serta ketika mereka mengenal dunia. Perubahan itu kemungkinan
besar dipengaruhi oleh peningkatan kapasitas dan kecepatan pemrosesan.
Sebagian
besar psikolog berpendapat bahwa peningkatan dalam bentuk kapasitas juga meningkatkan
pemrosesan informasi.
3. Mekanisme perubahan
Menurut Robert Siegler (1998), ada tiga mekanisme yang bekerja
sama menciptakan perubahan dalam keterampilan kognitif anak-anak, yaitu :
·
Pengodean,
adalah proses dimana informasi disimpan kedalam memori.
·
Otomatisitas,
yaitu merujuk pada kemampuan untuk memproses informasi dengan sedikit usaha atau
tanpa usaha.
·
Pembuatan
strategi, adalah pembuatan prosedur baru untuk memproses informasi.
b. Perhatian
1. Apa yang dimaksud dengan perhatian?
Perhatian adalah menfokuskan sumber mental. Perhatian akan meningkatkan
pemrosesan kognitif untuk banyak tugas, dari mengambil mainan sampai memukul
bola bisbol atau menjumlahkan angka. Para psikolog menyebut ada tiga perhatian,
yaitu :
John W.
Santrock, Psikologi pendidikan ( buku 1 edisi 3 ), hlm. 351 dan 355
·
Perhatian
yang terus menerus adalah kemampuan untuk mempertahankan perhatian pada
stimulus pilihan dalam periode waktu yang lebih lama.
·
Perhatian
selektif merupakan cara berfokus pada aspek pengalaman tertentu yang relevan,
bersamaan dengan mengabaikan aspek lain yang tidak relevan.
·
Perhatian
yang terbagi yaitu melibatkan kosentrasi pada lebih dari satu aktivitas pada saat
yang bersamaan.
2. Perubahan perkembangan
Beberepa perubahan penting dalam perhatian muncul selama masa
kanak-kanak. Durasi waktu anak-anak memperhatikan sesuatu meningkatat ketika
mereka bertambah besar. Anak kecil mengalihkan perhatiannya ke satu aktivitas
ke aktivitas yang lain, dan tampaknya menghabiskan sedikit waktu yang
difokuskan pada satu objek atau kejadian. Sebaliknya, anak prasekolah mungkin
dapat menghabiskan waktu setengah jam dalam satu aktivitas.
c. Memori
1. Apa yang dimaksud dengan memori?
Memori atau ingatan adalah penyimpanan informasi disetiap
waktu. Tanpa memori, anda tidak akan bisa mengubungkan apa yang terjadi pada
anda kemarin dengan apa yang terjadi dengan anda pada hari ini.
2. Pengodean
Merupakan memasukkan informasi ke dalam memori atau ingatan.
Pengodean terdiri atas :
·
Pengulangan,
adalah mengulang informasi secara sadar untuk meningkatkan lamanya informasi
tinggal di dalam memori.
·
Pemrosesan
yang mendalam. Teori tingkat pemrosesan menyatakan bahwa pemrosesan memori
terjadi pada kontinum dari dangkal ke mendalam.
·
Elaborasi,
adalah luasnya pemrosesan informasi yang terlibat dalam pengodean. Elobarasi
berfungsi untuk menambah kekhususan kode memori.
Ibid, 355 - 360
·
Pembentukan
gambar.
·
Organisasi.
·
Pemotongan,
adalah pengelompokkan atau pengemasan ke dalam unit-unit yang bisa diingat
sebagai unit-unit tunggal.
3. Penyimpanan
Penyimpanan merupakan proses menyimpan informasi disetiap
waktu. Penyimpanan memori terdiri atas tiga jenis memori, yaitu:
·
Memori
sensoris, cara menyimpan informasi dalam dunia yang hanya memerlukan waktu
beberapa menit, namun bila penglihatan mereka terganggu dengan yang lain maka,
apa yang disimpannya tadi otomatis menghilang.
·
Memori
jangka pendek, adalah system memori dengan kapasitas 30 detik, kecuali
informasi tersebut diulang.
·
Memori
jangka panjang, adalah jenis memori yang menyimpan banyak informasi dalam waktu
yang lama dalam cara yang relatif permanen.
4. Pemanggilan kembali dan lupa
Pemanggilan kembali adalah mengeluarkan informasi yang berada
didalam memori. Sedangkan, lupa adalah suatu kegagalan dalam memanggil ulang
memori tersebut.
d. Keahlian
1. Keahlian dan pembelajaran
·
Keahlian
yang adaptif, yaitu mendekati situasi-situasi yang baru dengan fleksibel
daripada selalu merespon suatu rutinitas yang kaku dan tetap.
·
Strategi,
yaitu suatu cara penyampaian yang bisa cepat dimengerti oleh orang yang kita
ajarkan.
·
Membuat
catatan yang bagus, maksunya adalah kita
sebagai pemberi informasi/pengajar harus mempunyai catatan yang bagus, yang
mana nantinya terdiri atas ringkasan, urain dan peta konsep.
2. Mendaptkan keahlian
Cara mendapatkan keahlian itu banyak diantaranya adalah
memberikan latihan dan motivasi, yang mana latihan yang yag disengaja
melibatkan latihan yang berada pada tingkat kesulitan yang sesuai dengan
individu tersebut, memberikan umpa balik korektif dan memungkinkan kesempatan
untuk repetisi.
Ibid, 363 - 385
3. Bakat
Sejumlah
psikolog mempelajari keahlian bukan hanya sekedar memberikan latihan secar
sengaja, namun bakatpun sagat dibutuhkan. Karena tanpa bakat kita akan sulit
memberikan latihan kepadanya.
e. Metakognisi
Seorang ahli dalam pemikiran anak-anak, Deanna Kuhn berpendapat
bahwa metakognisi seharusnya merupakan fokus dari upaya-upaya untuk membantu
anak-anak untuk berfikir kritis, terutama pada tingkat sekolah menegah pertama
dan menengah atas. Metakognisi terdiri atas
1. Perubahan perkembangan
·
Masa
kanak-kanak
Memori, yaitu cara anak-anak menyimpan informasi. Yang mana
pada usia berkisaran 5 atau 6 tahun, biasanya anak-anak mengetahui informasi
yang familiar lebih mudah dipelajari dibandingkan dengan hal-hal yang belum
familiar.
Teori pikiran anak-anak itu merujuk pada kesadaran proses
mental orang lain. Teori pikiran mereka berubah-ubah ketika melalui tahun-tahun
masa kanak-kanak.
1. Usia 2 sampai 3 tahun. Anak-anak akan
mulai memahami tiga keadaan mental, yaitu :
§ Persepsi, anak-anak akan menyadari bahwa
orang lain melihat apa yang ada didepan mata mereka dan tidak selau didepan
anak-anak.
§ Keinginan, anak-anak mengetahui bahwa
apabila seseorang mengiginkan sesuatu, ia akan berusaha untuk mendapatkannya.
§ Emosi, anak-anak bisa membedakan
antara emosi positif dan emosi negatif.
2. Usia 4 sampai 5 tahun. Anak-anak
mulai mengerti bahwa pikiran bisa menyampaikan objek dan peristiwa secara
akurat dan tidak akurat.
3. Masa kanak-kanak petengahan dan
akhir. Selama tahun-tahun masa kanak-kanak awal, anak-anak memiliki pengertian
yang lebih mendalam akan pikirannya sendiri dari pada pemahaman sekedar akan
keadaan mental. Selama masa kanak-kanak pertengahan dan akhir, anak-anak
beranggapan bahwa pikiran sebagai pembangun aktif pengetahuan atau pusat
pemrosesan.
Ibid, 389 - 390
·
Masa
remaja
Di
bandingkan dengan anak-anak, para remaja memiliki kapasitas yang lebih tinggi
untuk memantau dan mengatur sumber kognitif agar secara efektif memenuhi
tuntutan tugas pelajaran. Parab remaja mungkin memiliki lebih banyak sumber yang
tersedia untuk mereka, dibandingkan dengan anak-anak melalui kecepatan,
kapaitas dan keotomatisan pemrosesan yang meningkat.
2. Model pemrosesan informasi yang baik
Michael Pressley dan kolega-koleganya yakin bahwa anak-anak
menjadi baik dalam kognisi dalam 3 langkah utama.
·
Anak-anak diajari oleh orang tua atau guru untuk menggunakan strategi
tertentu. Yaitu
dengan cara memberikan latihan yang terus menerus.
·
Guru mungkin menunjukkan persamaan dan perbedaan dalam banyak strategi
dalam bidang tertentu, seperti matematika.
·
Pada
titik ini, siswa-siswa mengenal manfaat umum dalam menggunakan strategi yang
dapat menghasilkan pengetahuan strategi umum.
3. Strategi dan Peraturan Metakognitif
Dalam pandangan pressley, kunci pendidikan adalah membantu
siswa-siswa mempelajari reportor strategi yang kaya sehingga bisa menghasilkan
solusi masalah. Yaitu pemikiran yang baik secara rutin dengan menggunakan strategi dan
perencanaan yang efektif untuk menyelesaikan masalah.
Pressley berpendapat bahwa ketika para siswa diberi
pembelajaran tentang strategi yang efektif, mereka sering kali dapat menerapkan
strategi yang sebelumnya yang belum pernah mereka gunakan sendiri.
B. Pendekatan Konstruktivis Sosial
Pendekatan konstruktivis social
merupakan pendekatan yang menekankan konteks social dalam belajar dan bahwa
pengetahuan itu dibangun serta dikonstruksikan secara bersamaan.
Ibid, 391 - 393
John W. Santrock, psikologi
pendidikan ( buku 2 edisi 3 ), hlm. 50
a. Pendekatan konstruktivis Sosial Untuk
Pengajaran
Pendekatan konstruktivis Sosial melibatkan beberapa inovasi
dalam pembelajaran dalam kelas.
1. Konstruksi Sosial dalam konteks
konstruktivis yang lebih luas
Dalam bukunya yang pertama John W. santrock menjelaskan bahwa
konstruktivisme itu menekan bagaiman individu-individu secara aktif membangun
pengetahuan dan pemahaman.
Teori konstruktivis social Vygostsky sangat relevan untuk
pembahasan ini, yang mana model vygostsky adalah seorang anak yang secara
social diasukkan dalam konteks sosiohistori. Vygostsky menekankan bahwa guru
harus menciptakan banyak peluang bagi siswa-siswa untuk belajar, dengan
membangun pengetahuan secara bersama-sama, baik itu dengan guru maupun dengan
teman sebayanya.
Beberapa pendekatan sosiohistori seperti pendekatan
vysgostsky, menekankan pentingnya budaya dalam pembelajaran. Sebagai contoh,
ketika guru berfumgsi sebagai pembimbing siswa dalam menemukan pengetahuan,
maka aka nada dimensi social yang terbangun.
2. Situated Cognition
Situated Cognition merupakan sebuah asumsi yang penting dalam
pendekatan konsturtivis soaial. Kognisi ini merujuk pada ide bahwa berfikir
ditempatkan ( disituasikan ) dalam konteks social dan fisik, bukan didalam
pikiran individu. Sebagai contoh, untuk memperluas pengetahuan siswa tentang
gunung api, beberapa siswa berperan sebagia ilmuwan yang mempelajari gunung api
aktif, sementara siswa-siswa lain diberi tugas untuk melaporkan apa yang
diharapkan dari tim evakuasi darurat.
b. Guru dan Teman sebaya sebagai
kontributor gabungan dalam pembelajaran siswa-siswa
Pendekatan Konstruktivis Sosial menekankan bahwa guru dan
teman sebaya bisa memberikan contributor untuk pembelajaran siswa-siswa. Ada 4
hal yang dapat memungkinkan hal ini terjadi yaitu, sistem dukungan, masa
pembelajaran kognitif, pemberian pembelajran dan pembelajaran yang kooperatif.
1. Scaffolding
Scaffolding ( sistem dukungan ) itu merupaka sebagai teknik
perubahan tingkat dukungan selama rangkai pembelajaran dalam satu sesi
pengajaran, seseorang yang lebih terampil ( guru atau teman sebaya yang lebih
pandai ) menyesuaikan beberapa bimbingan agar sesuai dengan presentasi siswa
pada saat itu. Scaffolding memberikan dukungan ketika dibutuhkan, tetapi secara
bertahap dipindah ketika pembaguna hampir selesai.
Ibid, 50 – 54
2. Hubungan Magang pada pembelajaran
Kognitif
Barbara Roggoff berpendapat bahwa sebuah alat pendidikan yang
penting adalah hubungan mangan pada pembelajaran kognitif, yang mana hubungan
mangan pada pembelajaran kognitif merupakan sebuah teknik dimana seseorang yang
sudaha ahli dalam memperluas dan memperdukung pemahaman pemula serta member
bimbingan dalam penggunaan keterampilan budaya.
Masa pembelajaran yang kognitif merupakan hal penting didalam
kelas. Para peneliti teleh menemukan bahwa para siswa mendapatkan manfaat
pembelajaran dari guru yang menganggap hubungan mereka dengan siswa sebagai
hubungan mangan para pembelajar kognitif, menggunakan scalffolding dan
partisipasi yang dibimbing dalam membantu siswa ketika belajar.
3. Tutorial
Tutorial adalah hubungan mangan
pada pembelajaran kognitif antara seorang ahli dan seorang pemula. Tutorial
individual merupakan strategi efektif yang memberikan manfaat untuk banyak
siswa, terutama mereka yang tidak berprestasi baik dalam satu mata pelajaran.
Beberapa program tutorial
individual telah dikembangankan. Program Reading Recovery menawarkan seri
tutorial privat harian selama setengah jam untuk siswa-siswa yang memiliki
kesulitan dalam belajar membaca selama satu tahun pelajaran formal.
Program lain yang menggunakan
tutorial adalah succes for All ( SFA ). Dikembangkan oleh Robert Slavin
dan kolegan-kolegannya, program yang komprehensif ini meliputi :
·
Program membaca sistematik yang menekan fonik,
perkembangan kosakata, penceritaan serta pengisahan kembali dalam kelompok
kecil.
·
Periode membaca harian selama 90 menit bersama
siswa-siswa di kelas satu sampai tiga, yang dikelompokkan kembali ke dalam
kelompok-kelompok kemampuan lintas usia yang homogen.
·
Tutoial privat dalam pelajaran membaca oleh guru
berijazah yang terlatih secara khusus, yang secara individual mengajar
siswa-siswa yang kemampuan membacanya berada di bawah tingkat kelas.
·
Penilaian setiap 8 minggu untuk menentukan kemajuan
membaca siswa-siswa, menyesuaikan penempatan kelompok membaca dan memberikan
tutorial bila perlu.
·
Perkembangan profesional untuk guru dan tutor, yang
meliputi tiga hari pelatihan dalam jabatan dan garis pedoman pada awal tahun
sekolah serta pelatihan lanjutan sepanjang tahun.
·
Tim pendukung keluarga yang dirancang untuk memberikan
pendidikan orang tua dan mendukung keterlibatan orang tua di sekolah.
Ibid, 55 – 57
4. Pembelajaran kooperatif
Pembelajaran kooperatif terjadi
ketika siswa-siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu
dalam belajar. Kelompok Pembelajaran kooperatif memiliki ukuran yang
berbeda-beda, meski biasanya terdiri dari empat orang siswa. Ketika siswa-siswa
ditugaskan mengerjakan tugas kelompok, biasanya tugas tersebut dikerjakan
secara bersama-sama selama berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan. Ini
lain halnya dengan kelompok kooperatif mereka dapat menyelesaikannya biasanya
hanya memakan sebagian waktu kosong dari siswa tersebut.
Pembelajaran kooperatif terdiri
dari :
1. Penelitian tentang
Pembelajaran kooperatif
Para peneliti menemukan bahwa
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi yang tepat yang dapat membuat
peningkatan prestasi. Terutama tentang dua kondisi, yaitu :
·
Penghargaan kelompok dihasilkan. Beberapa jenis pengakuan dan
pengargaan diberikan kepada kelompk tersebut, sehingga mereka akan meningkatkan
minat mereka dalam membantu satu sama lain.
·
Individu-individu diharuskan bertanggung jawab. Ada beberapa metode yang
bisa dilakukan untuk memberikan rasa tanggung jawab kepada siswa, salamh
satunya adalah menyuruhnya membuat laporan individual. Dengan menyuruhnya
membuat laporan tersebut siswa akan mempunya rasa tanggung jawab yang sangatlah
besar.
2. Motivasi
Motivasi yang tinggi untuk
belajar merupakan hal yang biasa digunakan dalam kelompok kooperatif.
3. Interdependesi dan
mengajarkan teman sebaya
Pembelajaran kooperatif akan
meberikan dampak yang sangat ampuh, diantaranya adalah adanya Interdependesi
dan rasa ingin mengajarkan teman sebayanya.
4. Pendekatan Pembelajaran
kooperatif
Pendekatan-pendekatan yang
diamaksud meliputi, SATD ( Student-Teams-Achievement divisions ), kelas
mozaik, belajar bersama, investigasi kelompok dan penulisan kooperatif.
5. Menciptakan komunitas
yang kooperatif
komunitas kooperatif yang
dimaksud yaitu :
·
Kooperasi kelas. ada banyak cara untuk menciptakan kerja sama dan
interpendensi untuk seluruh kelas, yaitu dengan cara memberikan tambahan poin
untuk nilai akademis semua anggota kelas ketika mereka telah mencapai satu
tujuan.
·
Kooperasi antarkelas. Tim guru antar mata pelajaran
bisa mengatur kelas-kelas mereka menjadi sebuah sekolah di dalam sekolah yang
mana kelas-kelas bisa bekerja sama dalam menyelesaikan suatu proyek.
Ibid, 61 – 62
·
Kooperasi lingkup sekolah. Koperasi dalam sekolah bisa
digunakan dengan menggunakan beberapa cara. Misalnya guru bisa bekerja dalam
berbagai tim kooperatif, sedangkan sekolah/staf sekolah bisa bertemu setiap
minggu sebagai tim pengajar atau kelompok belajar.
·
Kooperasi sekolah orang tua. Kooperatif ini dianjurkan untuk
melibatkan antara orang tua siswa dengan guru dalam penentuan tujuan dan
rencaya strategi untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.
·
Kooperasi sekolah-lingkungan sekitar. Misi sekolah dalam hal
ini yaitu memberikan dukungan kepada pedagang lingkungan sekitar supaya bis
berdagang di dekat sekolah tersebut yang dapat menyediakan sumber-sumber dan
pembiayaan berbagai cara.sehingga kelas-kelas bisa mengerjakan proyek layanan
lingkungan dengan cara membersihkan taman.
6. Mengevaluasi pembelajaran
kooperatif
Ada beberapa aspek-aspek positif
dalam pembelajaran kooperatif diantaranya adalah interpendesi dan interaksi
dengan siswa-siswa yain yang semakin baik, motivasi belajar yang lebih tinggi
dan pembelajaran yang lebih baik.
c. Menyusun Tugas Kelompok
Kecil
Ketikan Anda menyusun tugas siswa
dalam kelompok kecil, Anda harus membuat keputusan tentang cara membuat
kelompok, membangun keterampilan tim dan menstrukturkan iteraksi kelompok.
1. Membuat kelompok
Tujuan dalam pembentukan kelompok
adalah untuk membentuk pengelompokkan heterogen, yang mana pengelompokkan
heterogen adalah suatu pengelompokkan yang memaksimalkan kesempatan tutorial
dan dukungan dari teman sebaya, serta memastikan bahwa setiap kelompok memiliki
setidaknya seoramg siswa yang bisa mengerjakan tugas tersebut.
Kemampuan heterogen adalah
kemampuan yang menguntungkan siswa-siswa yang berkemampuan rendah, yang bisa
belajar dari siswa-siswa yang berkemampuan tinggi. Dalam kelompok heterogen seringkali
siswa-siswa yang berkemampuan tinggi yang memikul peran menjadi seorang guru
dan menjelaskan kosep-konsep kepada siswa-siswa yang lain.
2. Keterampilan dalam
membangun tim
Pembelajaran yang kooperatif
mengharuskan dalam kelas adanya keterampilan dalam membangun tim. Karena,
dengan ini dapat membantu siswa-siswa untuk menjadi pendengar yang lebih baik, memberi
siswa-siswa dalam berkontribusi untuk program tim, membuat siswa-siswa
mendiskusikan nilai seorang pemimpin tim dan bekerja sama dengan para pemimipin
tim untuk membantu mereka dalam mengatasi situasi yang bermasalah.
Ibid, 63
– 68
3. Menstrukturkan interaksi kelompok
Salah satu cara untuk menfasilitasi tugas siswa dalam
kelompok kecil adalah dengan memberikan para siswa peran yang berbeda-beda.
Peran-perannya terdiri dari :
·
Pendorong, tugasnya adalah mendorong suswa-siswa yang
kurang percaya diri sehingga mereka menjadi bisa percaya diri.
·
Penjaga pintu, tugasnya adalah menyamakan partisipasi
siswa-siswa dalam kelompok.
·
Pelatih, tugasnya membantu menyampaikan materi akademik.
·
Pengecek, tugasnya memastikan bahwa kelompoknya telah
memahami materi.
·
Pemberi tugas, tugasnya adalah memberikan tugas kepada
untuk kelompoknya.
·
Pencatat, ugasnya menyatat semua ide dan keputusan.
·
Kapten diam, tugasnya memantau tingkat kegaduhan
kelompok.
·
Pemantau materi, tugasnya mendapatkan dan mengembalikan
bahan materi.
d. Program Konstruktivis
Sosial
Program-program ini bisa
menunjukkan kepada Anda beberapa cara menggunakan ide dan teknik konstruktivis
sosial dengan berhasil di kelas Anda adalah :
1. Fostering a community of
Learners
Program ini dikembangkan oleh Ann
Brown dan Jow Campione. Fostering a community of Learners yaitu program
yang berfokus pada perkembangan literer dan biologi.
Program FCL menekan tiga strategi
yang mendorong renungan dan diskusi.
·
Penggunaan orang Dewasa sebagai teladan. Dengan orang
dewasa siswa-siswa akan terus menerus dimintai opininya mereka sendiri dan
mendukungnya dengan bukti, untuk memikirkan sesuatu yang sesuai dengan contoh
aturan yang telah diberikan.
·
Anak-anak mengajar anak-anak. Maksudnya ini adalah anak
yang lebih tua mengajarkan anak yang lebih muda. Siswa-siswa yang lebih tua
berfungsi sebagai pemimpin diskusi.
·
Konsultasi komputer secara online. Kelas FCL diharuskan
menggunakan e-mail untuk
membangun komunitas dan keahliannya. Melalui e-mail, para ahli memberikan
pelatihan dan nasihat dan begitu juga dengan uraian apa artinya belajar dan
memahami.
2. School for Thought
School for Thought ( SFT ) adalah program formal
pengajaran konstruktivis sosial yang lain. Dalam School for Thought
terdapat beberapa strategi ,yaitu :
Ibid, 72 - 74
·
Kurikulum. Tiga program inti dari School for Thought menekan
pentingnya membuat siswa-siswa memikirkan tentang hal-hal yang nyata. Tiga
program inti tersebut adalah ilmu pengetahuan, matematikan dan studi sosial.
·
Pengajaran. Dalam cara ini mereka membimbing arah
penyelidikan siswa-siswa sehingga mereka menemukan konsep yang mendalam dari
bidng-bidang tertentu.
·
Komunitas. Di banyak sekolah, kelas dan guru beroperasi
dalam isolasi, tidak hanya terpisah satu sama lain, tetapi terpisah juga dengan
komunitas luar. Masalah-masalah sering berfokus pada komunitas,untuk mendorong
siswa-siswa berfikir tentang bagaiaman pembelajaran
dan penyelesaian masalah bisa digunakan untuk memahami dan memperbaiki dunia di
mana dia tinggal.
·
Teknologi. Dengan cara ini guru mendorong siswa-siswa
untuk berkomunikasi dengan komunitas belajar lain di luar dinding kelas melalui
media elektronik.
·
Penilaian. Penilaian berfokus pada pencapaian prestasi
yang sebenarnya (seperti, kemampuan membaca yang bertujuan supaya mampu
menjawab pertanyaan peneliti dan kemampuan menulis yang bertujuan untuk
membangun pengetahuan baru), membuat penilaian selaras terhadap pembelajaran
dan pelajaran serta mendorong siswa-siswa untuk terlibat dalam penilaian diri (self-assessment).
3. Sekolah kolaboratif
Pada 1997, sekolah kolaboratif
dibentuk sebagai kerja sama antara orang tua dengan guru dan berlanjut sampais
sekarang ini dengan adanya enam kelas yang melayani taman kanak-kanak sampai
kelas enam di Salt Lake City, Utah.
Dalam sekolah kolaboratis guru,
orang tua dan anak-anak membantu merencanakan serta mengembangkan kurikulum
yang mencakup hal berikut.
·
Menentukan “momen untuk memanfaatkan ide-ide menarik yang
muncul dalam diskusi.”
·
“mengakui bahwa anak-anak memiliki agenda belajar mereka
sendiri yang memberikan motivasi “ dan jalan untuk belajar dalam bidang
kurikulum.
·
“mendukung unit studi yang sering muncul sebagai proses
kelompok, ketika orangorang menjadi tertarik pada minat orang lain dan
memanfaatkan keahliannya.”
·
Menggunakan sumber yang beragam dan ekstensi yang banyak
tanpa tergantung pada buku pelajaran.
·
Secara mendalam, berfokus pada poyek, konsep dan ide
besar.
Ibid, 75
– 78
Ayat yang berkaitan dengan pendekatan konstruktivis
social.
Pada dasarnya
praktek pembelajaran dengan pendekatan kontruktivis sosial sudah ada sejak
lama, yakni dari zaman Nabi Adam as, akan tetapi dalam al-Qur’an tercatat bahwa
prose situ secara gamblag dijelaskan dalam surah al-An’am ayat 76-79, yang
menceritakan tentang proses pencarian tuhan yang dilakukan oleh nabi Ibrahim.
فلمّا جنّ عليه اللّيل رأى كو كبًا قال هذا ربِّي فلمّا أفل قال لا أحبّ
الآفلين (76) فلمّا رأى القمر بازغًا قال هذا ربِّي فلمّا أفل قال لئنْ لمْ يهدني ربّي
لأكوننَّ من القوم الضَّالَّين (77) فلمّا رأى اشمس بازغةً قال هذا ربّي هذا أكبر
فلمّا أفلتْ قال يا قوم إنِّى برىءٌ ممَّا تشركون (78) إنِّى وجَّهت وجهي اللّذي فطر السَّما وات والأرْض حنيفًا وما أنا من
المشركين (79)
Artinya
:
76. Ketika malam menjadi
gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata : “inilah tuhanku”. Tetapi
tatkala bintang itu tenggelam dia berkata : “saya tidak suka pada yang
tenggelam”.
77. kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia
berkata : “inilah tuhanku”. Tetapi setelah bulan itu terbenam dia berkata :
“sesungguhnya jika tuhanku memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk
orang-orang yang sesat.
78. kemudian tatkala dia melihat matahari terbit, dia
berkata : “inilah tuhanku, ini yang lebih besar”, maka tatkala matahari itu
tenggelam, dia berkata : “hai kaumku sesungguhnya aku berlepas diri dari apa
yang kamu persekutukan.
79. sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada tuhan
yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan
aku bukanlah termaksud orang-orang yang mempersekutukan tuhan.
C.
Macam-Macam
Perwujudan Perilaku Belajar
Dalam hal memahami arti
belajar dan esensi perubahan karena belajar, para ahli sepedapat atau
sekurang-kurangnya terdapat titik temu diantara mereka mengenai hal-hal yang
principal. Akan tetapi, mengenai apa yang dipelajari siswa dan bagaimana
perwujudannya, agaknya masih tetap merupakan teka-teki yang sering menimbulkan
silang pendapat yang cukup tajam diantara para ahli.
Manifestasi atau perwujudan
perilaku belajar biasanya lebih sering tampak dalam perubahan-perubahan sebagai
berikut.
1.
Kebiasaan
Setiap siswa yang telah memahami proses belajar,
kebiasaan-kebiasaannya akan tampak berubah. Menurut Burghardt (1993), kebiasaan
itu timbul karena proses penyusutan kecenderungan respon dengan menggunakan stimulasi
yang berulang-ulang.
Kebiasaan ini terjadi karena prosedur pembiasaan
seperti dalam classical dan operant conditioning. Contoh : siswa
yang belajar bahasa secara berkali-kali menghindari kecenderungan penggunaan
kata atau struktu yang keliru, akhirnya akan terbiasa dengan penggunaan bahasa
yang baik dan benar. Jadi, berbahasa dengan baik dan benar itulah perwujudan
perilaku belajar siswa tadi.
2.
Keterampilan
Keterampilan ialah kegiata yang berhubungan dengan
urat-urat syaraf dan otot-otot yang lazimnya tampakdalam kegiatan jasmani
seperti menulis, mengetik, olah raga dan sebagainya. Meskipun sifatnya
monotorik, namu ketarampilan ini memerlukan koordinasi gerak yang teliti dan
kesadaran yang tinggi.
Di sampin itu, menurut Reber (1998), keterampilan adalah
kemampuan melakukan pola-pola tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapi
secara mulus dan sesuai dengan keadaan untuk mencapai hasil-hasil tertentu.
3.
Pengamatan
Pengamatan artinya proses menerima, menafsirkan dan
meberikan arti rangsanga yang masuk melalui indera-indera seperti mata dan
telinga. Berkat pengalaman belajar seorang siswa akan mampu mencapai pengamatan
yang objektif sebelum mencapai pengertian. Pengamatan yang salah akan
menimbulaka pengertian yang salah pula. Contoh : seorang anak yang baru pertama
kali mendengar radio akan mengira bahwa penyiar benar benar ada didalam kotak
bersuara tersebut. Namun dalam proses belajar lambat-laun dia akan
mengetahuinya bahwa yang ada didalam radio tersebut hanya suaranya saja,
sedangkan penyiar berada jauh di studio pemancar.
4.
Berpikir
Asosiatif dan Daya Ingat
Secara sederhana, berfikir asosiatuf adalah berfikir
dengan cara mengasosiasikan sesuatu dengan yang lainnya. Berfikir asosiatif itu
merupakan proses pembentukan hubungan antara rangsangan dengan respon. Dalam
hal ini kemampuan siswa untuk berasosiatif itu jikalau tingkat pengertia atu
pemahamannya didapatkan melalui proses belajar. Contoh : siswa yang mampu
menjelaskan arti penting dari tanggal 12
Muhibbin,
Syah. Psikologi pendidikan, hlm. 116 - 117
Rabiul
Awal. Kemampuan siswa tersebut dalam mengasosiatifkan tanggal bersejarah itu
dengan hari ulang tahunnya (Maulid) Nabi Muhammad SAW. Itu hanya bisa didaptkan
jika dia mempelajari riwayat hidup Nabi.
Disampin itu, daya ingatpun merupakan perwujudan
belajar, sebab merupakan unsur pokok dalam berfikir asosiatif. Jadi, siswa yang
telah mengalami proses belajar akan ditandai dengan bertambahnya simpanan
materi didalam memorinya serta meningkatkan kemampuan menghubungkan materi
tersebut dengan situasi atau stimulasi yang ia hadapi.
5.
Berfikir
Rasioanal dan Kritis
Berfikir rasional dan kritis adalah perwujudan
perilaku belajar terutama yang bertalian dengan pemecahan masalah. Dalam
berfikir rasioanal, siswa dituntut menggunakan logika (akal sehat) untuk
menentukan sebab-akibat, menganalisis, menarik simpulan-simpulan dan bahkan
juga menciptaka hokum-hukum dan ramalan-ramalan.
6.
Sikap
Dalam arti yang sempit sikap adalah pandangan atau
kecenderungan mental. Menurut Bruno (1987), sikap adalah kecenderungan yang
relative menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau
baran tertentu. Dalam hal ini, perwujudan perilaku belajar siswa akan ditandai
dengan munculnya kecederungan-kecenderungan baru yang telah berubah terhadap
suatu objek, tata nilai, peristiwa dan sebagainya.
7.
Inhibisi
Secara ringkas, inhibisi adalah upaya penggunaan atau
pemecahan timbulnya suatu proses lain yang sedang berlangsung (reber, 1998).
Kemampuan siswa dalam melakukan inhibisi pada umumnya diperoleh lewat proses
belajar. Oleh sebab itu, makna dan perwujudan perilaku belajar seorang siswa
akan tanpak pula dalam kemampuan melakukan inhibisi ini. Contoh : seorang siswa
yang telah sukses mempelajari bahaya alkohol akan menghindari pembelian minuman
keras. Sebagai gamtinya ia akan membeli minuman yang sehat.
8.
Apresiasi
Pada dasarnya, apresiasi berarti suatu pertimbangan
mengenai arti penting atau nilai sesuatu (Chapli, 1982). Dalam penerapannya,
apreasi serig diartikan sebagai penghargaan atau penilaian terhadap
benda-benda, baik itu abstrak maupun konkrit yang memiliki nilai luhur. Apresiasi
adalah gajala rana afektif yang pada umumnya ditunjukkan pada karya-karya seni
budaya seperti : seni sastra, seni music, seni lukis, drama dan sebagainya. Tingkat
apresiasi seoramg siswa terhadpat nilai sebuah karya sangat bergantung pada
tingkat pemahaman belajarnya. Contoh : jika seorang siswa telah memahami proses
belajar agama secara mendalam maka tingkat apresiasinya terhadap seni baca
Al-Qur’an dan kaligrafi akan mendalam pula. Dengan demikian, pada dasarnya
seorang siswa baru akan mempunyai apresiasi yang mendalam apabila ia telah
mempelajari materi yang sesuai dengan objek yang dianggapnya mempunyai nilai
penting dan keindahan tersebut.
Ibid, 118
– 119
9.
Tingkah laku
Afektif
Tingkah laku afekti adalah tingkah laku yang
menyangkut keanekaragaman perasaan seperti : takut, marah, sedih, gembira,
kecewa, senang, benci dan sebagainya. Tingkah laku seperti ini tidak lepas dari
pengaruh penagamat belajar. Oleh karenanya, ia juga dianggap sebagai perwujudan
perilaku belajar.
Misalnya : seorang siswa dapat dianggap sukses secara
afektif dalam belajar agama apabila ia telah menyenangi dan menyadari dengan
ikhlas kebenaran ajaran agama yang ia pelajari, lalu menjadikan sebagai sistem
nilai diri. Kemudian, pada gilirannya ia menjadikannya sebagai sistem
nilai ini sebagai penuntun hidup, baik dikala suka maupun duka (Daraja, 1985).
Ibid, 119
- 120
DAFTAR PUSTAKA
Santrock, W. John. 2009. Psikologi
pendidikan ( buku 1 edisi 3 ). Jakarta Selatan. Salemba Humanika
Santrock, W. John. 2009. Psikologi
pendidikan ( buku 2 edisi 3 ). Jakarta Selatan. Salemba Humanika
Santrock, W. John. 2009. Psikologi
pendidikan ( buku 1 edisi 2 ). Jakarta Selatan. Salemba Humanika
Syah, Muhibbin. 2014. Psikologi
Pendidikan. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya offset
www.ayat
yang berkaitan dengan pendekatan konstruktivis social ( diakses pada tanggal 07
maret 2017, pada jam 11:14 )
0 komentar:
Posting Komentar