Senin, 09 Oktober 2017

TEORI-TEORI DALAM BELAJAR



MAKALAH
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
“TEORI-TEORI DALAM BELAJAR”
Dosen Pengampu : Saimun, S.Ag, M.Si








Oleh :
M. Rafli Ardiansyah (160103080)
Kelas 2C Tadris Matematika
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MATARAM (IAIN).

Tahun Akademik 2017/2018




PEMBAHASAN
A.      Pendekatan Pemrosesan Informasi
a.      Sifat pendekatan pemrosesan informasi
1.      Informasi, memori dan pemikiran
Pendekatan pemrosesan informasi menekankan bahwa anak-anak memanipulasi informasi, memonitor dan menyiasatinya. Inti dari pendekatan ini adalah memori dan pemikiran. Menurut pendekatan pemrosesan informasi, anak-anak akan mengembangkan kapasitas untuk memproses informasi yang secara bertahap mengalami peningkatan. Hal tersebut memungkinkan untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang semakin kompleks.
2.      Kapasitas dan kecepatan pemrosesan informasi
Kemampuan pemrosesan informasi anak-anak meningkat ketika mereka tumbuh dan menjadi dewasa, serta ketika mereka mengenal dunia. Perubahan itu kemungkinan besar dipengaruhi oleh peningkatan kapasitas dan kecepatan pemrosesan.
Sebagian besar psikolog berpendapat bahwa peningkatan dalam bentuk kapasitas juga meningkatkan pemrosesan informasi.
3.      Mekanisme perubahan
Menurut Robert Siegler (1998), ada tiga mekanisme yang bekerja sama menciptakan perubahan dalam keterampilan kognitif anak-anak, yaitu :
·         Pengodean, adalah proses dimana informasi disimpan kedalam memori.
·         Otomatisitas, yaitu merujuk pada kemampuan untuk memproses informasi dengan sedikit usaha atau tanpa usaha.
·         Pembuatan strategi, adalah pembuatan prosedur baru untuk memproses informasi.

b.      Perhatian
1.      Apa yang dimaksud dengan perhatian?
Perhatian adalah menfokuskan sumber mental. Perhatian akan meningkatkan pemrosesan kognitif untuk banyak tugas, dari mengambil mainan sampai memukul bola bisbol atau menjumlahkan angka. Para psikolog menyebut ada tiga perhatian, yaitu :
 

John W. Santrock, Psikologi pendidikan ( buku 1 edisi 3 ), hlm. 351 dan 355

·         Perhatian yang terus menerus adalah kemampuan untuk mempertahankan perhatian pada stimulus pilihan dalam periode waktu yang lebih lama.
·         Perhatian selektif merupakan cara berfokus pada aspek pengalaman tertentu yang relevan, bersamaan dengan mengabaikan aspek lain yang tidak relevan.
·         Perhatian yang terbagi yaitu melibatkan kosentrasi pada lebih dari satu aktivitas pada saat yang bersamaan.
2.      Perubahan perkembangan
Beberepa perubahan penting dalam perhatian muncul selama masa kanak-kanak. Durasi waktu anak-anak memperhatikan sesuatu meningkatat ketika mereka bertambah besar. Anak kecil mengalihkan perhatiannya ke satu aktivitas ke aktivitas yang lain, dan tampaknya menghabiskan sedikit waktu yang difokuskan pada satu objek atau kejadian. Sebaliknya, anak prasekolah mungkin dapat menghabiskan waktu setengah jam dalam satu aktivitas.

c.       Memori
1.      Apa yang dimaksud dengan memori?
Memori atau ingatan adalah penyimpanan informasi disetiap waktu. Tanpa memori, anda tidak akan bisa mengubungkan apa yang terjadi pada anda kemarin dengan apa yang terjadi dengan anda pada hari ini.
2.      Pengodean
Merupakan memasukkan informasi ke dalam memori atau ingatan. Pengodean terdiri atas :

·         Pengulangan, adalah mengulang informasi secara sadar untuk meningkatkan lamanya informasi tinggal di dalam memori.
·         Pemrosesan yang mendalam. Teori tingkat pemrosesan menyatakan bahwa pemrosesan memori terjadi pada kontinum dari dangkal ke mendalam.
·         Elaborasi, adalah luasnya pemrosesan informasi yang terlibat dalam pengodean. Elobarasi berfungsi untuk menambah kekhususan kode memori.




Ibid, 355 - 360
·         Pembentukan gambar.
·         Organisasi.
·         Pemotongan, adalah pengelompokkan atau pengemasan ke dalam unit-unit yang bisa diingat sebagai unit-unit tunggal.
3.      Penyimpanan
Penyimpanan merupakan proses menyimpan informasi disetiap waktu. Penyimpanan memori terdiri atas tiga jenis memori, yaitu:
·         Memori sensoris, cara menyimpan informasi dalam dunia yang hanya memerlukan waktu beberapa menit, namun bila penglihatan mereka terganggu dengan yang lain maka, apa yang disimpannya tadi otomatis menghilang.
·         Memori jangka pendek, adalah system memori dengan kapasitas 30 detik, kecuali informasi tersebut diulang.
·         Memori jangka panjang, adalah jenis memori yang menyimpan banyak informasi dalam waktu yang lama dalam cara yang relatif permanen.
4.      Pemanggilan kembali dan lupa
Pemanggilan kembali adalah mengeluarkan informasi yang berada didalam memori. Sedangkan, lupa adalah suatu kegagalan dalam memanggil ulang memori tersebut.


d.      Keahlian
1.      Keahlian dan pembelajaran
·         Keahlian yang adaptif, yaitu mendekati situasi-situasi yang baru dengan fleksibel daripada selalu merespon suatu rutinitas yang kaku dan tetap.
·         Strategi, yaitu suatu cara penyampaian yang bisa cepat dimengerti oleh orang yang kita ajarkan.
·         Membuat catatan yang bagus, maksunya adalah  kita sebagai pemberi informasi/pengajar harus mempunyai catatan yang bagus, yang mana nantinya terdiri atas ringkasan, urain dan peta konsep.
2.      Mendaptkan keahlian
Cara mendapatkan keahlian itu banyak diantaranya adalah memberikan latihan dan motivasi, yang mana latihan yang yag disengaja melibatkan latihan yang berada pada tingkat kesulitan yang sesuai dengan individu tersebut, memberikan umpa balik korektif dan memungkinkan kesempatan untuk repetisi.


Ibid, 363 - 385
3.      Bakat
Sejumlah psikolog mempelajari keahlian bukan hanya sekedar memberikan latihan secar sengaja, namun bakatpun sagat dibutuhkan. Karena tanpa bakat kita akan sulit memberikan latihan kepadanya.
e.      Metakognisi
Seorang ahli dalam pemikiran anak-anak, Deanna Kuhn berpendapat bahwa metakognisi seharusnya merupakan fokus dari upaya-upaya untuk membantu anak-anak untuk berfikir kritis, terutama pada tingkat sekolah menegah pertama dan menengah atas. Metakognisi terdiri atas
1.      Perubahan perkembangan
·         Masa kanak-kanak
Memori, yaitu cara anak-anak menyimpan informasi. Yang mana pada usia berkisaran 5 atau 6 tahun, biasanya anak-anak mengetahui informasi yang familiar lebih mudah dipelajari dibandingkan dengan hal-hal yang belum familiar.

Teori pikiran anak-anak itu merujuk pada kesadaran proses mental orang lain. Teori pikiran mereka berubah-ubah ketika melalui tahun-tahun masa kanak-kanak.
1.      Usia 2 sampai 3 tahun. Anak-anak akan mulai memahami tiga keadaan mental, yaitu :
§  Persepsi, anak-anak akan menyadari bahwa orang lain melihat apa yang ada didepan mata mereka dan tidak selau didepan anak-anak.
§  Keinginan, anak-anak mengetahui bahwa apabila seseorang mengiginkan sesuatu, ia akan berusaha untuk mendapatkannya.
§  Emosi, anak-anak bisa membedakan antara emosi positif dan emosi negatif.
2.      Usia 4 sampai 5 tahun. Anak-anak mulai mengerti bahwa pikiran bisa menyampaikan objek dan peristiwa secara akurat dan tidak akurat.
3.      Masa kanak-kanak petengahan dan akhir. Selama tahun-tahun masa kanak-kanak awal, anak-anak memiliki pengertian yang lebih mendalam akan pikirannya sendiri dari pada pemahaman sekedar akan keadaan mental. Selama masa kanak-kanak pertengahan dan akhir, anak-anak beranggapan bahwa pikiran sebagai pembangun aktif pengetahuan atau pusat pemrosesan.



Ibid, 389 - 390
·         Masa remaja
Di bandingkan dengan anak-anak, para remaja memiliki kapasitas yang lebih tinggi untuk memantau dan mengatur sumber kognitif agar secara efektif memenuhi tuntutan tugas pelajaran. Parab remaja mungkin memiliki lebih banyak sumber yang tersedia untuk mereka, dibandingkan dengan anak-anak melalui kecepatan, kapaitas dan keotomatisan pemrosesan yang meningkat.
2.      Model pemrosesan informasi yang baik
Michael Pressley dan kolega-koleganya yakin bahwa anak-anak menjadi baik dalam kognisi dalam 3 langkah utama.
·         Anak-anak diajari oleh orang tua atau guru untuk menggunakan strategi tertentu. Yaitu dengan cara memberikan latihan yang terus menerus.
·         Guru mungkin menunjukkan persamaan dan perbedaan dalam banyak strategi dalam bidang tertentu, seperti matematika.
·         Pada titik ini, siswa-siswa mengenal manfaat umum dalam menggunakan strategi yang dapat menghasilkan pengetahuan strategi umum.
3.      Strategi dan Peraturan Metakognitif
Dalam pandangan pressley, kunci pendidikan adalah membantu siswa-siswa mempelajari reportor strategi yang kaya sehingga bisa menghasilkan solusi masalah. Yaitu pemikiran yang baik  secara rutin dengan menggunakan strategi dan perencanaan yang efektif untuk menyelesaikan masalah.
Pressley berpendapat bahwa ketika para siswa diberi pembelajaran tentang strategi yang efektif, mereka sering kali dapat menerapkan strategi yang sebelumnya yang belum pernah mereka gunakan sendiri.




B.      Pendekatan Konstruktivis Sosial
Pendekatan konstruktivis social merupakan pendekatan yang menekankan konteks social dalam belajar dan bahwa pengetahuan itu dibangun serta dikonstruksikan secara bersamaan.





Ibid, 391 - 393
John W. Santrock, psikologi pendidikan ( buku 2 edisi 3 ), hlm. 50
a.      Pendekatan konstruktivis Sosial Untuk Pengajaran
Pendekatan konstruktivis Sosial melibatkan beberapa inovasi dalam pembelajaran dalam kelas.
1.      Konstruksi Sosial dalam konteks konstruktivis yang lebih luas
Dalam bukunya yang pertama John W. santrock menjelaskan bahwa konstruktivisme itu menekan bagaiman individu-individu secara aktif membangun pengetahuan dan pemahaman.
Teori konstruktivis social Vygostsky sangat relevan untuk pembahasan ini, yang mana model vygostsky adalah seorang anak yang secara social diasukkan dalam konteks sosiohistori. Vygostsky menekankan bahwa guru harus menciptakan banyak peluang bagi siswa-siswa untuk belajar, dengan membangun pengetahuan secara bersama-sama, baik itu dengan guru maupun dengan teman sebayanya.
Beberapa pendekatan sosiohistori seperti pendekatan vysgostsky, menekankan pentingnya budaya dalam pembelajaran. Sebagai contoh, ketika guru berfumgsi sebagai pembimbing siswa dalam menemukan pengetahuan, maka aka nada dimensi social yang terbangun.
2.      Situated Cognition
Situated Cognition merupakan sebuah asumsi yang penting dalam pendekatan konsturtivis soaial. Kognisi ini merujuk pada ide bahwa berfikir ditempatkan ( disituasikan ) dalam konteks social dan fisik, bukan didalam pikiran individu. Sebagai contoh, untuk memperluas pengetahuan siswa tentang gunung api, beberapa siswa berperan sebagia ilmuwan yang mempelajari gunung api aktif, sementara siswa-siswa lain diberi tugas untuk melaporkan apa yang diharapkan dari tim evakuasi darurat.


b.      Guru dan Teman sebaya sebagai kontributor gabungan dalam pembelajaran siswa-siswa
Pendekatan Konstruktivis Sosial menekankan bahwa guru dan teman sebaya bisa memberikan contributor untuk pembelajaran siswa-siswa. Ada 4 hal yang dapat memungkinkan hal ini terjadi yaitu, sistem dukungan, masa pembelajaran kognitif, pemberian pembelajran dan pembelajaran yang kooperatif.
1.      Scaffolding
Scaffolding ( sistem dukungan ) itu merupaka sebagai teknik perubahan tingkat dukungan selama rangkai pembelajaran dalam satu sesi pengajaran, seseorang yang lebih terampil ( guru atau teman sebaya yang lebih pandai ) menyesuaikan beberapa bimbingan agar sesuai dengan presentasi siswa pada saat itu. Scaffolding memberikan dukungan ketika dibutuhkan, tetapi secara bertahap dipindah ketika pembaguna hampir selesai.
 Ibid, 50 – 54
2.      Hubungan Magang pada pembelajaran Kognitif
Barbara Roggoff berpendapat bahwa sebuah alat pendidikan yang penting adalah hubungan mangan pada pembelajaran kognitif, yang mana hubungan mangan pada pembelajaran kognitif merupakan sebuah teknik dimana seseorang yang sudaha ahli dalam memperluas dan memperdukung pemahaman pemula serta member bimbingan dalam penggunaan keterampilan budaya.
Masa pembelajaran yang kognitif merupakan hal penting didalam kelas. Para peneliti teleh menemukan bahwa para siswa mendapatkan manfaat pembelajaran dari guru yang menganggap hubungan mereka dengan siswa sebagai hubungan mangan para pembelajar kognitif, menggunakan scalffolding dan partisipasi yang dibimbing dalam membantu siswa ketika belajar.
3.      Tutorial
Tutorial adalah hubungan mangan pada pembelajaran kognitif antara seorang ahli dan seorang pemula. Tutorial individual merupakan strategi efektif yang memberikan manfaat untuk banyak siswa, terutama mereka yang tidak berprestasi baik dalam satu mata pelajaran.
Beberapa program tutorial individual telah dikembangankan. Program Reading Recovery menawarkan seri tutorial privat harian selama setengah jam untuk siswa-siswa yang memiliki kesulitan dalam belajar membaca selama satu tahun pelajaran formal.
Program lain yang menggunakan tutorial adalah succes for All ( SFA ). Dikembangkan oleh Robert Slavin dan kolegan-kolegannya, program yang komprehensif ini meliputi :
·         Program membaca sistematik yang menekan fonik, perkembangan kosakata, penceritaan serta pengisahan kembali dalam kelompok kecil.
·         Periode membaca harian selama 90 menit bersama siswa-siswa di kelas satu sampai tiga, yang dikelompokkan kembali ke dalam kelompok-kelompok kemampuan lintas usia yang homogen.
·         Tutoial privat dalam pelajaran membaca oleh guru berijazah yang terlatih secara khusus, yang secara individual mengajar siswa-siswa yang kemampuan membacanya berada di bawah tingkat kelas.
·         Penilaian setiap 8 minggu untuk menentukan kemajuan membaca siswa-siswa, menyesuaikan penempatan kelompok membaca dan memberikan tutorial bila perlu.
·         Perkembangan profesional untuk guru dan tutor, yang meliputi tiga hari pelatihan dalam jabatan dan garis pedoman pada awal tahun sekolah serta pelatihan lanjutan sepanjang tahun.
·         Tim pendukung keluarga yang dirancang untuk memberikan pendidikan orang tua dan mendukung keterlibatan orang tua di sekolah.


Ibid, 55 – 57
4.      Pembelajaran kooperatif
Pembelajaran kooperatif terjadi ketika siswa-siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu dalam belajar. Kelompok Pembelajaran kooperatif memiliki ukuran yang berbeda-beda, meski biasanya terdiri dari empat orang siswa. Ketika siswa-siswa ditugaskan mengerjakan tugas kelompok, biasanya tugas tersebut dikerjakan secara bersama-sama selama berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan. Ini lain halnya dengan kelompok kooperatif mereka dapat menyelesaikannya biasanya hanya memakan sebagian waktu kosong dari siswa tersebut.
Pembelajaran kooperatif terdiri dari :
1.      Penelitian tentang Pembelajaran kooperatif
Para peneliti menemukan bahwa Pembelajaran kooperatif merupakan strategi yang tepat yang dapat membuat peningkatan prestasi. Terutama tentang dua kondisi, yaitu :
·         Penghargaan kelompok dihasilkan. Beberapa jenis pengakuan dan pengargaan diberikan kepada kelompk tersebut, sehingga mereka akan meningkatkan minat mereka dalam membantu satu sama lain.
·         Individu-individu diharuskan bertanggung jawab. Ada beberapa metode yang bisa dilakukan untuk memberikan rasa tanggung jawab kepada siswa, salamh satunya adalah menyuruhnya membuat laporan individual. Dengan menyuruhnya membuat laporan tersebut siswa akan mempunya rasa tanggung jawab yang sangatlah besar.
2.      Motivasi
Motivasi yang tinggi untuk belajar merupakan hal yang biasa digunakan dalam kelompok kooperatif.
3.      Interdependesi dan mengajarkan teman sebaya
Pembelajaran kooperatif akan meberikan dampak yang sangat ampuh, diantaranya adalah adanya Interdependesi dan rasa ingin mengajarkan teman sebayanya.
4.      Pendekatan Pembelajaran kooperatif
Pendekatan-pendekatan yang diamaksud meliputi, SATD ( Student-Teams-Achievement divisions ), kelas mozaik, belajar bersama, investigasi kelompok dan penulisan kooperatif.
5.      Menciptakan komunitas yang kooperatif
komunitas kooperatif yang dimaksud yaitu :
·         Kooperasi kelas. ada banyak cara untuk menciptakan kerja sama dan interpendensi untuk seluruh kelas, yaitu dengan cara memberikan tambahan poin untuk nilai akademis semua anggota kelas ketika mereka telah mencapai satu tujuan.
·         Kooperasi antarkelas. Tim guru antar mata pelajaran bisa mengatur kelas-kelas mereka menjadi sebuah sekolah di dalam sekolah yang mana kelas-kelas bisa bekerja sama dalam menyelesaikan suatu proyek.

 Ibid, 61 – 62
·         Kooperasi lingkup sekolah. Koperasi dalam sekolah bisa digunakan dengan menggunakan beberapa cara. Misalnya guru bisa bekerja dalam berbagai tim kooperatif, sedangkan sekolah/staf sekolah bisa bertemu setiap minggu sebagai tim pengajar atau kelompok belajar.
·         Kooperasi sekolah orang tua. Kooperatif ini dianjurkan untuk melibatkan antara orang tua siswa dengan guru dalam penentuan tujuan dan rencaya strategi untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.
·         Kooperasi sekolah-lingkungan sekitar. Misi sekolah dalam hal ini yaitu memberikan dukungan kepada pedagang lingkungan sekitar supaya bis berdagang di dekat sekolah tersebut yang dapat menyediakan sumber-sumber dan pembiayaan berbagai cara.sehingga kelas-kelas bisa mengerjakan proyek layanan lingkungan dengan cara membersihkan taman.
6.      Mengevaluasi pembelajaran kooperatif
Ada beberapa aspek-aspek positif dalam pembelajaran kooperatif diantaranya adalah interpendesi dan interaksi dengan siswa-siswa yain yang semakin baik, motivasi belajar yang lebih tinggi dan pembelajaran yang lebih baik.


c.       Menyusun Tugas Kelompok Kecil
Ketikan Anda menyusun tugas siswa dalam kelompok kecil, Anda harus membuat keputusan tentang cara membuat kelompok, membangun keterampilan tim dan menstrukturkan iteraksi kelompok.
1.      Membuat kelompok
Tujuan dalam pembentukan kelompok adalah untuk membentuk pengelompokkan heterogen, yang mana pengelompokkan heterogen adalah suatu pengelompokkan yang memaksimalkan kesempatan tutorial dan dukungan dari teman sebaya, serta memastikan bahwa setiap kelompok memiliki setidaknya seoramg siswa yang bisa mengerjakan tugas tersebut.
Kemampuan heterogen adalah kemampuan yang menguntungkan siswa-siswa yang berkemampuan rendah, yang bisa belajar dari siswa-siswa yang berkemampuan tinggi. Dalam kelompok heterogen seringkali siswa-siswa yang berkemampuan tinggi yang memikul peran menjadi seorang guru dan menjelaskan kosep-konsep kepada siswa-siswa yang lain.
2.      Keterampilan dalam membangun tim
Pembelajaran yang kooperatif mengharuskan dalam kelas adanya keterampilan dalam membangun tim. Karena, dengan ini dapat membantu siswa-siswa untuk menjadi pendengar yang lebih baik, memberi siswa-siswa dalam berkontribusi untuk program tim, membuat siswa-siswa mendiskusikan nilai seorang pemimpin tim dan bekerja sama dengan para pemimipin tim untuk membantu mereka dalam mengatasi situasi yang bermasalah.

 Ibid, 63 – 68
3.      Menstrukturkan interaksi kelompok
Salah satu cara untuk menfasilitasi tugas siswa dalam kelompok kecil adalah dengan memberikan para siswa peran yang berbeda-beda. Peran-perannya terdiri dari :
·         Pendorong, tugasnya adalah mendorong suswa-siswa yang kurang percaya diri sehingga mereka menjadi bisa percaya diri.
·         Penjaga pintu, tugasnya adalah menyamakan partisipasi siswa-siswa dalam kelompok.
·         Pelatih, tugasnya membantu menyampaikan materi akademik.
·         Pengecek, tugasnya memastikan bahwa kelompoknya telah memahami materi.
·         Pemberi tugas, tugasnya adalah memberikan tugas kepada untuk kelompoknya.
·         Pencatat, ugasnya menyatat semua ide dan keputusan.
·         Kapten diam, tugasnya memantau tingkat kegaduhan kelompok.
·         Pemantau materi, tugasnya mendapatkan dan mengembalikan bahan materi.
d.      Program Konstruktivis Sosial
Program-program ini bisa menunjukkan kepada Anda beberapa cara menggunakan ide dan teknik konstruktivis sosial dengan berhasil di kelas Anda adalah :
1.      Fostering a community of Learners
Program ini dikembangkan oleh Ann Brown dan Jow Campione. Fostering a community of Learners yaitu program yang berfokus pada perkembangan literer dan biologi.
Program FCL menekan tiga strategi yang mendorong renungan dan diskusi.
·         Penggunaan orang Dewasa sebagai teladan. Dengan orang dewasa siswa-siswa akan terus menerus dimintai opininya mereka sendiri dan mendukungnya dengan bukti, untuk memikirkan sesuatu yang sesuai dengan contoh aturan yang telah diberikan.
·         Anak-anak mengajar anak-anak. Maksudnya ini adalah anak yang lebih tua mengajarkan anak yang lebih muda. Siswa-siswa yang lebih tua berfungsi sebagai pemimpin diskusi.
·         Konsultasi komputer secara online. Kelas FCL diharuskan menggunakan  e-mail untuk membangun komunitas dan keahliannya. Melalui e-mail, para ahli memberikan pelatihan dan nasihat dan begitu juga dengan uraian apa artinya belajar dan memahami.
2.      School for Thought
School for Thought ( SFT ) adalah program formal pengajaran konstruktivis sosial yang lain. Dalam School for Thought terdapat beberapa strategi ,yaitu :
Ibid, 72 - 74
·         Kurikulum. Tiga program inti dari School for Thought menekan pentingnya membuat siswa-siswa memikirkan tentang hal-hal yang nyata. Tiga program inti tersebut adalah ilmu pengetahuan, matematikan dan studi sosial.
·         Pengajaran. Dalam cara ini mereka membimbing arah penyelidikan siswa-siswa sehingga mereka menemukan konsep yang mendalam dari bidng-bidang tertentu.
·         Komunitas. Di banyak sekolah, kelas dan guru beroperasi dalam isolasi, tidak hanya terpisah satu sama lain, tetapi terpisah juga dengan komunitas luar. Masalah-masalah sering berfokus pada komunitas,untuk mendorong siswa-siswa berfikir tentang  bagaiaman pembelajaran dan penyelesaian masalah bisa digunakan untuk memahami dan memperbaiki dunia di mana dia tinggal.
·         Teknologi. Dengan cara ini guru mendorong siswa-siswa untuk berkomunikasi dengan komunitas belajar lain di luar dinding kelas melalui media elektronik.
·         Penilaian. Penilaian berfokus pada pencapaian prestasi yang sebenarnya (seperti, kemampuan membaca yang bertujuan supaya mampu menjawab pertanyaan peneliti dan kemampuan menulis yang bertujuan untuk membangun pengetahuan baru), membuat penilaian selaras terhadap pembelajaran dan pelajaran serta mendorong siswa-siswa untuk terlibat dalam penilaian diri (self-assessment).
3.      Sekolah kolaboratif
Pada 1997, sekolah kolaboratif dibentuk sebagai kerja sama antara orang tua dengan guru dan berlanjut sampais sekarang ini dengan adanya enam kelas yang melayani taman kanak-kanak sampai kelas enam di Salt Lake City, Utah.
Dalam sekolah kolaboratis guru, orang tua dan anak-anak membantu merencanakan serta mengembangkan kurikulum yang mencakup hal berikut.
·         Menentukan “momen untuk memanfaatkan ide-ide menarik yang muncul dalam diskusi.”
·         “mengakui bahwa anak-anak memiliki agenda belajar mereka sendiri yang memberikan motivasi “ dan jalan untuk belajar dalam bidang kurikulum.
·         “mendukung unit studi yang sering muncul sebagai proses kelompok, ketika orangorang menjadi tertarik pada minat orang lain dan memanfaatkan keahliannya.”
·         Menggunakan sumber yang beragam dan ekstensi yang banyak tanpa tergantung pada buku pelajaran.
·         Secara mendalam, berfokus pada poyek, konsep dan ide besar.



Ibid, 75 – 78
Ayat yang berkaitan dengan pendekatan konstruktivis social.
Pada dasarnya praktek pembelajaran dengan pendekatan kontruktivis sosial sudah ada sejak lama, yakni dari zaman Nabi Adam as, akan tetapi dalam al-Qur’an tercatat bahwa prose situ secara gamblag dijelaskan dalam surah al-An’am ayat 76-79, yang menceritakan tentang proses pencarian tuhan yang dilakukan oleh nabi Ibrahim.
فلمّا جنّ عليه اللّيل رأى كو كبًا قال هذا ربِّي فلمّا أفل قال لا أحبّ الآفلين (76) فلمّا رأى القمر بازغًا قال هذا ربِّي فلمّا أفل قال لئنْ لمْ يهدني ربّي لأكوننَّ من القوم الضَّالَّين (77)  فلمّا رأى اشمس بازغةً قال هذا ربّي هذا أكبر فلمّا أفلتْ قال يا قوم إنِّى برىءٌ ممَّا تشركون (78) إنِّى وجَّهت وجهي اللّذي فطر السَّما وات والأرْض حنيفًا وما أنا من المشركين (79)
Artinya :
76. Ketika malam menjadi gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata : “inilah tuhanku”. Tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata : “saya tidak suka pada yang tenggelam”.
77. kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata : “inilah tuhanku”. Tetapi setelah bulan itu terbenam dia berkata : “sesungguhnya jika tuhanku memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat.
78. kemudian tatkala dia melihat matahari terbit, dia berkata : “inilah tuhanku, ini yang lebih besar”, maka tatkala matahari itu tenggelam, dia berkata : “hai kaumku sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.
79. sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termaksud orang-orang yang mempersekutukan tuhan.


C.      Macam-Macam Perwujudan Perilaku Belajar
Dalam hal memahami arti belajar dan esensi perubahan karena belajar, para ahli sepedapat atau sekurang-kurangnya terdapat titik temu diantara mereka mengenai hal-hal yang principal. Akan tetapi, mengenai apa yang dipelajari siswa dan bagaimana perwujudannya, agaknya masih tetap merupakan teka-teki yang sering menimbulkan silang pendapat yang cukup tajam diantara para ahli.
Manifestasi atau perwujudan perilaku belajar biasanya lebih sering tampak dalam perubahan-perubahan sebagai berikut.
1.      Kebiasaan
Setiap siswa yang telah memahami proses belajar, kebiasaan-kebiasaannya akan tampak berubah. Menurut Burghardt (1993), kebiasaan itu timbul karena proses penyusutan kecenderungan respon dengan menggunakan stimulasi yang berulang-ulang.
Kebiasaan ini terjadi karena prosedur pembiasaan seperti dalam classical dan operant conditioning. Contoh : siswa yang belajar bahasa secara berkali-kali menghindari kecenderungan penggunaan kata atau struktu yang keliru, akhirnya akan terbiasa dengan penggunaan bahasa yang baik dan benar. Jadi, berbahasa dengan baik dan benar itulah perwujudan perilaku belajar siswa tadi.
2.      Keterampilan
Keterampilan ialah kegiata yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot yang lazimnya tampakdalam kegiatan jasmani seperti menulis, mengetik, olah raga dan sebagainya. Meskipun sifatnya monotorik, namu ketarampilan ini memerlukan koordinasi gerak yang teliti dan kesadaran yang tinggi.
Di sampin itu, menurut Reber (1998), keterampilan adalah kemampuan melakukan pola-pola tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan sesuai dengan keadaan untuk mencapai hasil-hasil tertentu.
3.      Pengamatan
Pengamatan artinya proses menerima, menafsirkan dan meberikan arti rangsanga yang masuk melalui indera-indera seperti mata dan telinga. Berkat pengalaman belajar seorang siswa akan mampu mencapai pengamatan yang objektif sebelum mencapai pengertian. Pengamatan yang salah akan menimbulaka pengertian yang salah pula. Contoh : seorang anak yang baru pertama kali mendengar radio akan mengira bahwa penyiar benar benar ada didalam kotak bersuara tersebut. Namun dalam proses belajar lambat-laun dia akan mengetahuinya bahwa yang ada didalam radio tersebut hanya suaranya saja, sedangkan penyiar berada jauh di studio pemancar.
4.      Berpikir Asosiatif dan Daya Ingat
Secara sederhana, berfikir asosiatuf adalah berfikir dengan cara mengasosiasikan sesuatu dengan yang lainnya. Berfikir asosiatif itu merupakan proses pembentukan hubungan antara rangsangan dengan respon. Dalam hal ini kemampuan siswa untuk berasosiatif itu jikalau tingkat pengertia atu pemahamannya didapatkan melalui proses belajar. Contoh : siswa yang mampu menjelaskan arti penting dari tanggal 12


Muhibbin, Syah. Psikologi pendidikan, hlm. 116 - 117
Rabiul Awal. Kemampuan siswa tersebut dalam mengasosiatifkan tanggal bersejarah itu dengan hari ulang tahunnya (Maulid) Nabi Muhammad SAW. Itu hanya bisa didaptkan jika dia mempelajari riwayat hidup Nabi.
      Disampin itu, daya ingatpun merupakan perwujudan belajar, sebab merupakan unsur pokok dalam berfikir asosiatif. Jadi, siswa yang telah mengalami proses belajar akan ditandai dengan bertambahnya simpanan materi didalam memorinya serta meningkatkan kemampuan menghubungkan materi tersebut dengan situasi atau stimulasi yang ia hadapi.
5.      Berfikir Rasioanal dan Kritis
Berfikir rasional dan kritis adalah perwujudan perilaku belajar terutama yang bertalian dengan pemecahan masalah. Dalam berfikir rasioanal, siswa dituntut menggunakan logika (akal sehat) untuk menentukan sebab-akibat, menganalisis, menarik simpulan-simpulan dan bahkan juga menciptaka hokum-hukum dan ramalan-ramalan.
6.      Sikap
Dalam arti yang sempit sikap adalah pandangan atau kecenderungan mental. Menurut Bruno (1987), sikap adalah kecenderungan yang relative menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau baran tertentu. Dalam hal ini, perwujudan perilaku belajar siswa akan ditandai dengan munculnya kecederungan-kecenderungan baru yang telah berubah terhadap suatu objek, tata nilai, peristiwa dan sebagainya.
7.      Inhibisi
Secara ringkas, inhibisi adalah upaya penggunaan atau pemecahan timbulnya suatu proses lain yang sedang berlangsung (reber, 1998). Kemampuan siswa dalam melakukan inhibisi pada umumnya diperoleh lewat proses belajar. Oleh sebab itu, makna dan perwujudan perilaku belajar seorang siswa akan tanpak pula dalam kemampuan melakukan inhibisi ini. Contoh : seorang siswa yang telah sukses mempelajari bahaya alkohol akan menghindari pembelian minuman keras. Sebagai gamtinya ia akan membeli minuman yang sehat.
8.      Apresiasi
Pada dasarnya, apresiasi berarti suatu pertimbangan mengenai arti penting atau nilai sesuatu (Chapli, 1982). Dalam penerapannya, apreasi serig diartikan sebagai penghargaan atau penilaian terhadap benda-benda, baik itu abstrak maupun konkrit yang memiliki nilai luhur. Apresiasi adalah gajala rana afektif yang pada umumnya ditunjukkan pada karya-karya seni budaya seperti : seni sastra, seni music, seni lukis, drama dan sebagainya. Tingkat apresiasi seoramg siswa terhadpat nilai sebuah karya sangat bergantung pada tingkat pemahaman belajarnya. Contoh : jika seorang siswa telah memahami proses belajar agama secara mendalam maka tingkat apresiasinya terhadap seni baca Al-Qur’an dan kaligrafi akan mendalam pula. Dengan demikian, pada dasarnya seorang siswa baru akan mempunyai apresiasi yang mendalam apabila ia telah mempelajari materi yang sesuai dengan objek yang dianggapnya mempunyai nilai penting dan keindahan tersebut.


Ibid, 118 – 119
9.      Tingkah laku Afektif
Tingkah laku afekti adalah tingkah laku yang menyangkut keanekaragaman perasaan seperti : takut, marah, sedih, gembira, kecewa, senang, benci dan sebagainya. Tingkah laku seperti ini tidak lepas dari pengaruh penagamat belajar. Oleh karenanya, ia juga dianggap sebagai perwujudan perilaku belajar.
Misalnya : seorang siswa dapat dianggap sukses secara afektif dalam belajar agama apabila ia telah menyenangi dan menyadari dengan ikhlas kebenaran ajaran agama yang ia pelajari, lalu menjadikan sebagai sistem nilai diri. Kemudian, pada gilirannya ia menjadikannya sebagai sistem nilai ini sebagai penuntun hidup, baik dikala suka maupun duka (Daraja, 1985).





































Ibid, 119 - 120
DAFTAR PUSTAKA
Santrock, W. John. 2009. Psikologi pendidikan ( buku 1 edisi 3 ). Jakarta Selatan. Salemba Humanika
Santrock, W. John. 2009. Psikologi pendidikan ( buku 2 edisi 3 ). Jakarta Selatan. Salemba Humanika
Santrock, W. John. 2009. Psikologi pendidikan ( buku 1 edisi 2 ). Jakarta Selatan. Salemba Humanika
Syah, Muhibbin. 2014. Psikologi Pendidikan. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya offset
www.ayat yang berkaitan dengan pendekatan konstruktivis social ( diakses pada tanggal 07 maret 2017, pada jam 11:14 )

0 komentar:

Posting Komentar