Selasa, 10 Oktober 2017

GAYA BERFIKIR DAN GAYA BELAJAR




Inteligensi merujuk pada kemampuan. Gaya berfikir dan belajar (learning and thinking styles) bukanlah kemampuan, tetapi cara yang disukai untuk menggunakan kemampuan seseorang (Drysdale, Ross, & Schuylts, 2001; Sternberg, 1997). Guru mungkin akan mengatakan bahwa anak melaksanakan kegiatan belajar dan berfikir dengan  berbagai cara yang mencengangkan. Guru sendiri juga bervariasi dalam gaya berfikir dan belajarnya. Tak satupun dari kita yang hanya punya satu gaya belajar dan berfikir, kita punya banyak gaya. Individu itu sangat bervariasi sehingga ada ratusan gaya belajar dan berfikir yang dikemukakan oleh para pendidik dan psikologi. Bahasan gaya belajar dan berfikir di sini bukan pembahasan yang lengkap, tetapi hanya akan diperkenalkan dua gaya yang paling banyak didiskusikan.
A. Gaya Berfikir dan Gaya Belajar
Dikotomi Gaya Belajar dan Berfikir
Dua dikotomi yang paling banyak didiskusikan dalam wacana tentang pembelajaran adalah gaya impulsif/reflektif dan mendalam/dangkal.
Gaya Impulsif/Reflektif, gaya impulsif/reflektif juga disebut sebagai tempo konseptual, yakni murid cenderung bertindak cepat dan impulsif atau menggunakan lebih banyak waktu untuk merespons dan merenungkan akurasi dari suatu jawaban (Kagan, 1965). Murid yang impulsif seringkali lebih banyak melakukan kesalahan ketimbang murid yang reflektif.
Riset terhadap impulsivitas/refleksi telah memengaruhi pendidikan (Jonassen & Grabowski, 1993). Dibandingkan murid yang impulsif, murid yang reflektif lebih mungkin melakukan tugas di bawah ini :
·         Mengingat informasi yang terstruktur.
·         Membaca dengan memahami dan menginterpretasi teks.
·         Memecahkan problem dan membuat keputusan
Dibandingkan murid yang impulsif, murid yang reflektif juga lebih mungkin untuk menentukan sendiri tujuan belajar dan berkonsentrasi pada informasi yang relevan. Murid reflektif biasanya standar kinerjanya tinggi. Banyak bukti menunjukkan murid reflektif lebih efektif dan lebih baik dalam pelajaran sekolah ketimbang murid impulsif.
Dalam mengkaji gaya impulsif dan reflektif, ingatlah bahwa walaupun kebanyakan murid belajar dengan lebih baik saat mereka menggunakan gaya reflektif, ada beberapa anak yang memang bisa cepat belajar secara tepat dan bisa membuat keputusan sendiri. Bereaksi cepat adalah strategi buruk hanya jika Anda berhadapan dengan jawaban yang salah. Juga, beberapa anak reflektif mungkin terlalu sibuk berkutat dengan satu problem dan kesulitan untuk memecahkannya. Guru bisa mendorong murid ini untuk mempertahankan gaya reflektifnya tapi tetap bisa mencapai solusi.[1]
Strategi belajar untuk anak Impulsif, yaitu :
                                
·         Pantau murid di kelas untuk mengetahui mana anak-anak yang impulsif.
·         Bicara dengan mereka agar mau meluangkan lebih banyak waktu untuk berpikir sebelum memberikan jawaban.
·         Dorong mereka untuk menandai informasi baru saat mereka membahasnya.
·         Jadilah guru bergaya reflektif.                                                        
·         Bantu murid untuk menentukan standar tinggi bagi kinerjanya.
·         Hargai murid impulsif yang mau meluangkan lebih banyak waktu untuk berpikir. Pujilah peningkatan kinerja mereka.
·         Bimbing murid untuk menyusun sendiri rencana guna mengurangi impulsivitas.[2]
                                                                                                                                         
Gaya Mendalam/Dangkal. Maksudnya adalah sejauh mana murid mempelajari materi belajar dengan satu cara yang membantu mereka untuk memahami makna materi tersebut (gaya mendalam) atau sekadar mencari apa-apa yang perlu untuk dipelajari (gaya dangkal) (Marton, Hounsell, & Entwistle, 1984). Murid yang belajar dengan menggunakan gaya dangkal tidak tidak bisa mengaitkan apa-apa yang mereka pelajari dengan kerangka konseptual yang lebih luas. Mereka cenderung belajar secara pasif, sering kali hanya mengingat informasi. Pelajar mendalam (deep learner) lebih mungkin untuk secara aktif memahami apa-apa yang mereka pelajari dan member makna pada apa yang perlu untuk diingat. Jadi, pelajar mendalam menggunakan pendekatan konstruktivis dalam aktivitas belajarnya. Selain itu, pelajar mendalam lebih mungkin memotivasi diri sendiri untuk belajar, sedangkan pelajar dangkal (surface learner) lebih mungkin akan termotivasi belajar jika ada penghargaan dari luar, seperti pujian dan tanggapan positif dari guru (Snow, Corno, & Jackson, 1996).[3]
Strategi pengajaran untuk membantu pelajar dangkal agar berpikir secara mendalam :

1.      Pantau murid untuk mengetahui mana yang merupakan pembelajar dangkal.
2.      Diskusikanlah dengan murid bahwa ada yang lebih penting dari sekedar mengingat materi. Dorong mereka untuk menghubungkan apa yang mereka pelajari sekarang dengan apa yang pernah mereka pelajari di masa lalu.
3.      Ajukan pertanyaan dan beri tugas yang mensyaratkan murid untuk menyesuaikan informasi dengan kerangka yang lebih luas. Misalnya, alih-alih menanyakan soal nama ibu kota negara, tanyakan pada mereka apakah mereka pernah mengunjungi ibu kota negara dan apa pengalaman mereka.
4.      Jadilah seorang model yang memproses informasi secara mendalam, bukan sekedar memberi informasi di permukaan saja. Bahaslah topik secara mendalam dan bicaralah tentang bagaimana informasi yang sedang anda diskusikan itu bisa dikaitkan dengan jaringan ide yang lebih luas.
5.       Jangan menggunakan pertanyaan yang membutuhkan jawaban ya atau tidak. Sebaiknya ajukan pertanyaan yang membuat murid harus memproses informasi secara mendalam. Hubungkan pelajaran yang efektif dengan minat murid.[4]
                                                       
B. Macam-macam  Gaya Belajar Siswa
            Adapun macam-macam gaya belajar siswa yaitu :
1. Visual (belajar dengan cara melihat)

Lirikan keatas bila berbicara, berbicara dengan cepat. Bagi siswa yang bergaya belajar visual, yang memegang peranan penting adalah mata / penglihatan ( visual ), dalam hal ini metode pengajaran yang digunakan guru sebaiknya lebih banyak / dititikberatkan pada peragaan / media, ajak mereka ke obyek-obyek yang berkaitan dengan pelajaran tersebut, atau dengan cara menunjukkan alat peraganya langsung pada siswa atau menggambarkannya di papan tulis. Anak yang mempunyai gaya belajar visual harus melihat bahasa tubuh dan ekspresi muka gurunya untuk mengerti materi pelajaran. Mereka cenderung untuk duduk di depan agar dapat melihat dengan jelas. Mereka berpikir menggunakan gambar-gambar di otak mereka dan belajar lebih cepat dengan menggunakan tampilan-tampilan visual, seperti diagram, buku pelajaran bergambar, dan video. Di dalam kelas, anak visual lebih suka mencatat sampai detil-detilnya untuk mendapatkan informasi.

Ciri-ciri gaya belajar visual : 
·         Bicara agak cepat
·         Mementingkan penampilan dalam berpakaian/presentasi
·         Tidak mudah terganggu oleh keributan
·         Mengingat yang dilihat, dari pada yang didengar
·         Lebih suka membaca dari pada dibacakan
·         Pembaca cepat dan tekun
·         Seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan, tapi tidak pandai memilih kata-kata
·         Lebih suka melakukan demonstrasi dari pada pidato
·         Lebih suka musik dari pada seni
·         Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan seringkali minta bantuan orang untuk mengulanginya.
                               
2. Auditori (belajar dengan cara mendengar)

Lirikan kekiri/kekanan mendatar bila berbicara, berbicara sedang-sedang saja. Siswa yang bertipe auditori mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui telinga ( alat pendengarannya ), untuk itu maka guru sebaiknya harus memperhatikan siswanya hingga ke alat pendengarannya. Anak yang mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar lebih cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru katakan. Anak auditori dapat mencerna makna yang disampaikan melalui tone suara, pitch (tinggi rendahnya), kecepatan berbicara dan hal-hal auditori lainnya. Informasi tertulis terkadang mempunyai makna yang minim bagi anak auditori mendengarkannya. Anak-anak seperi ini biasanya dapat menghafal lebih cepat dengan membaca teks dengan keras dan mendengarkan kaset.

Ciri-ciri gaya belajar auditori :

·         Saat bekerja suka bicaa kepada diri sendiri
·         Penampilan rapi
·         Mudah terganggu oleh keributan
·         Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari pada yang dilihat
·         Senang membaca dengan keras dan mendengarkan
·         Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca
·         Biasanya ia pembicara yang fasih
·         Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya
·         Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik
·         Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan Visual
·         Berbicara dalam irama yang terpola
Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, berirama dan warna suara

3. Kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh)

Lirikan kebawah bila berbicara, berbicara lebih lambat. Anak yang mempunyai gaya belajar kinestetik belajar melalui bergerak, menyentuh, dan melakukan. Anak seperti ini sulit untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk beraktifitas dan eksplorasi sangatlah kuat. Siswa yang bergaya belajar ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan.

Ciri-ciri gaya belajar kinestetik :
·         Berbicara perlahan
·         Penampilan rapi
·         Tidak terlalu mudah terganggu dengan situasi keributan
·         Belajar melalui memanipulasi dan praktek
·         Menghafal dengan cara berjalan dan melihat
·         Menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca
·         Merasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita
·         Menyukai buku-buku dan mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca
·         Menyukai permainan yang menyibukkan
·         Tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang pernah berada di tempat itu
·         Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi.[5]


STRATEGI PENGAJARAN

Secara harfiah, kata “strategi” dapat diartikan sebagai seni (art) melaksanakan stratagem yakni siasat atau rencana (McLeod,1989). Banyak padanan kata “strategi” dalam bahasa Inggris, dan yang dianggap relevan dengan pembahasan ini ialah kata approach (pendekatan) dan kata procedure (tahapan kegiatan).
            Dalam perspektif psikologi, kata strategi yang berasal dari bahasa Yunani itu, berarti rencana tindakan yang terdiri atas seperangkat langkah untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan (Reber,1988). Seorang pakar psikologi pendidikan Australia, Michael J. Lawson (1991) mengartikan strategi sebagai prosedur mental yang berbentuk tatanan langkah yang menggunakan upaya ranah cipta untuk mencapai tujuan tertentu.
Selanjutnya, berdasarkan pertimbangan arti-arti tersebut di atas, maka strategi mengajar (teaching strategy) dapat penulis definisikan sebagai sejumlah langkah yang direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. Sebuah strategi mengajar dapat berlaku umum bagi semua guru bidang studi selama orientasi sasarannya sama. Sebagai contoh, untuk memeroleh perhatian siswa yang sedang mengikuti uraian pelajaran secara lisan (metode ceramah) guru dapat melakukan peragaan. Lalu peragaan ini diikuti oleh siswa laki-laki, kemudian oleh siswa perempuan. Alternative siswa lainnya pun dapat diambil guru, misalnya dengan penyajian kisah-kisah dramatis sebagai selingan ceramahnya.
Dibandingkan dengan metode mengajar, strategi mengajar, sebenarnya masih relatif baru dalam dunia pengajaran. Ia baru mulai populer setelah Hilda Taba pada tahun 1960-an menjelaskan kiat-kiat khusus mengajarkan kecakapan berfikir untuk anak-anak (Tardif,1989). Strategi mengajar, seperti yang penulis singgung sebelum ini, tidak terlepas dari metode mengajar, karena merupakan kiat praktis yang dipakai guru untuk mengajar tertentu pula seperti metode ceramah, metode ceramah plus, dan sebagainya.[6]
Strategi untuk mempermudah proses belajar anak visual :

1.       Gunakan materi visual seperti, gambar-gambar, diagram dan peta.
2.      Gunakan warna untuk menghilite hal-hal penting.
3.      Ajak anak untuk membaca buku-buku berilustrasi.
4.      Gunakan multi-media (contohnya: komputer dan video).
5.      Ajak anak untuk mencoba mengilustrasikan ide-idenya ke dalam gambar.
6.       
Strategi untuk mempermudah proses belajar anak auditori :

1.      Ajak anak untuk ikut berpartisipasi dalam diskusi baik di dalam kelas maupun di dalam keluarga.
2.      Dorong anak untuk membaca materi pelajaran dengan keras.
3.      Gunakan musik untuk mengajarkan anak.
4.      Diskusikan ide dengan anak secara verbal.
5.      Biarkan anak merekam materi pelajarannya ke dalam kaset dan dorong dia untuk mendengarkannya sebelum tidur.

Strategi untuk mempermudah proses belajar anak kinestetik:

1.       Jangan paksakan anak untuk belajar sampai berjam-jam.
2.      Ajak anak untuk belajar sambil mengeksplorasi lingkungannya (contohnya: ajak dia baca sambil menggunakan gunakan obyek sesungguhnya untuk belajar konsep baru).
3.      Izinkan anak untuk mengunyah permen karet pada saat belajar.
4.      Gunakan warna terang untuk menghilite hal-hal penting dalam bacaan.
5.      Izinkan anak untuk belajar sambil mendengarkan musik.[7]



DAFTAR PUSTAKA

Santrock, John W. 2004. Educational Psychology, 2nd Editional McGraw. Hill Company, Inc: Psikologi Pendidikan, Terjemahan Tri Wibowo BS. Edisi Kedua, Jakarta: Prenamedia Group.

Syah, Muhibbin. 2016. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Edisi Revisi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Santrock, John W. 2012. Educational Psychology, 3rd: Psikologi Pendidikan, Edisi 13-Buku 1, Jakarta: Salemba Humanika.

Ormrod, Jeanne Ellis. 2009. Educational Psychology Developing Learners: Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang, Terjemahan Bahasa Indonesia Pada Penerbit Erlangga, Edisi Keenam, Jilid 2, Jakarta: Penerbit Erlangga

Minarti Rahayu.
Blogspot.com>2013/3. Pengertian gaya belajar & macam-macam gaya belajar

Elliy Susanti. Blogspot.com>2012/8. Étudiants en psichologie, Psikologi Pendidikan: Gaya Belajar & Berfikir


[1] John W. santrock. Psikologi Pendidikan, edisi 2 (Jakarta; PRENAMEDIA GROUP, 2004), hlm 155-156
[2] Elliy Susanti. Blogspot.com>2012/8. Étudiants en psichologie, Psikologi Pendidikan: Gaya Belajar & Berfikir
[3] John W. Santrock. Psikologi Pendidikan, edisi 3 buku 1 (Jakarta: Salemba Humanika, 2012) hlm 175-176
[4] Elliy Susanti. Blogspot.com>2012/8. Étudiants en psichologie, Psikologi Pendidikan: Gaya Belajar & Berfikir
[5] Minarti Rahayu.Blogspot.com>2013/3. Pengertian Gaya Belajar & Macam-macam Gaya Belajar
[6] Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2016), hlm 210-211
[7] Minarti Rahayu.Blogspot.com>2013/3.study/semester%20II/psikologi%20pendidikan/minarti%20%20PENGERTIAN%20GAYA%20BELAJAR%20&%20MACAM-MACAM%20GAYA%20BELAJAR.htm.
 

0 komentar:

Posting Komentar