Minggu, 15 Oktober 2017

SEJARAH TURUNNYA AL-QUR'AN


A.    SEJARAH TURUNNYA AL-QURAN
1.      PENGERTIAN AL-QURAN
Qara’a mempunyai arti mengumpulkan dan menghimpun, dan qira’ah berarti menghimpun huruf-huruf dan kata-kata satu dengan yang lain dalam suatu ucapan yang tersusun rapi. Qur’an pada mulanya seperti qira’ah, yaitu masdar (infinitif) dari kata
qara’a, qira’atan, qur’anan. Allah berfirman


17. Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya.

18. apabila Kami telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu.
      Qur’anah disini berarti qira’ at-tahu (bacaannya/cara membacanya). Jadi kata itu adalah masdar menurut wazan (tasrif, konjugasi). “fu’lan” dengan vocal “’u” seperti “gufran” dan “syukran”. Kita dapat mengatakan qara’tuhu, qur’an, qira’atan, wa qur’anan, artinya sama saja. Disini maqruh’ (apa yang dibaca) diberi nama qur’an (bacaan) : yakni penamaan maf’ul dengan masdar.
Qur’an sebagai nama bagi kitab yang diturunkan pada Muhammad, sehingga menjadi nama khas kitab itu, sebgai nama diri. Dan secara gabungan kata itu di pakai untuk nama Qur’an secara keseluruhan, begitu juga untuk penamaan ayat-ayatnnya. Maka jika kita mendengar orang membaca ayat Qur’an, kita boleh mengatakan bahwa ia sedang membaca Qur’an.
Sebagian ulama berpendapat bahwa kata Qur’an itu pada mulannya tidak berhamzah sebagai kata jadian;  mungkin karena ia dijadikan sebagai satu nama bagi kalam yang diturunkan kepada Nabi dan bukannya kata jadian dari qara’a atau, mungkin juga karena ia berasal dari kata qorana Asy-syai’a Bisy-syai’i yang berarti memperhunbungkan sesuatu dengan yang lain; atau juga berasal dari kata qara’in (saling berpasangan) karena ayat-ayatnnya satu dengan yang lain saling menyerupai. Dengan demikian, maka hruf nun itu asli. Namun pendapat ini masih diragukan. Yang benar ialah pendapat yang pertama.
Definisi yang kongkrit untuk al-qur’an ialah menghadirkannya dalam fikiran atau dalam realita seperti misalnya kita menuju sebagai qur’an kepada yang tertulis di dalam mushab atau terbaca dengan lisan.
            Para ulama menyebut definisi qur’an “qur’an adalah kalam atau firman Allah yang diturunkan kepada Muhammad yang pembacanya merupakan suatu ibadah”.
Dan dengan kata-kata yang diturunkan maka tidak termasuk kalam Allah yang suda khusus menjadi miliknya.
 
[2]109. Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)".


Nama-nama dan sifatnya
Allah menamakan qur’an dengan beberapa nama diantaranya:
1.      Qur’an
2.      Kitab
3.      Furqan
4.      Zikr
5.      Tanzil
6.      Nur (cahaya)
7.      Huda (petunjuk)
8.      Syifa (obat)
9.      Rahman (rahmat)
10.  Mauizah (maksiat)
11.  Mubin (yang menerangkan)
12.  Mubarah (yang diberkati)
13.  Busyira (kabar gembira)
14.  Aziz (yang mulia)
15.  Majid (yang dihormati)
16.  Nazir (pembawa peringatan)

Dari definisi di atas dapat di keluarkan 5 faktor penting, yaitu sebagai berikut :
a.       Alquran adalah firman Allah atau kalam Allah, bukan perkataan malaikat jibril (ia hanya penyampai wahyu dari Allah), bukan sabda nabi (beliau hanya menerima wahyu dari Allah), dan bukan perkataan manusia biasa, mereka hanya berkewajiban untuk melaksanakannya.
b.      Alquran hanya di berikan kepada nabi muhamad tidak di berikan kepada nabi-nabi sebelumnya. Kitab suci yang  di berikan kepada nabi sebelumnya namanya bukan alquran. Zabur di berikan kepada nabi daud, taurat kepada nabi musa, dan injil kepada nabi isa
c.       Alquran sebagai mukjizat, maka tidak seorang pun dalam sejrah sejak turunnya sejak awal turunnya sampai pada era modern dari masa ke masa yang mampu menandinginnya, baik secara perseorangan maupun secara kelompok sekalipun mereka ahli sastra bahasa dan sekalipun ayat atau surah yang pendek
d.      Di riwayatkan secara mutawatir, artinnya diterima dan diriwayatkan banyak orang, tidak sedikit jumlahnya dan mustahil mereka bersepakat dusta dari masa ke masa secara berturut-turut sampai kepada kita.
e.       Membacannya dicatat sebagai amal ibadah. Hanya membaca alquran sajalah di antara sekian banyak bacaan yang di anggap ibadah sekalipun pembaca tidak tahu maknannnya, apalagi jika mengetahui maknannya dan dapat merenungkannya serta mengamalkannya. Nabi bersabda bahwa setiap huruf pahalannya sepuluh kebaikan. Bacaan-bacaan yang lain tidak di nilai ibadah, kecuali disertai niat yang baik seperti mencari ilmu. Jadi, pahalanya adalah pahala mencari ilmu, bukan subtansi bacaan sebgaimana membaca alquran.  

B.     Wahyu
Bagi Allah bukan hal yang jauh dalam memilih dari antar hamba-Nya sejumlah jiwa yang dasarnya begitu jernih dan kuadrat yang lebih bersih yang siap menerima sinar ilahi dan wahyu dari  langit serta hubungan dengan makhluk lebih tinggi; agar kepadanya diberikan risalah ilahi yang dapat memenuhi keperluan manusia. Mereka mempunyai ketinggian rasa keluruhan budi dan kejujuran dalam menjalankan hukum. Mereka itulah para Rasul dan Nabi Allah. Maka tidaklah aneh bila mereka berhubungan dengan wahyu yang datang dari langit.
Dibalik tubuh manusia ada ruh yang merupakan rahasia hidupnya. Apabila tubuh itu kehabisan tenaga dan jaringan-jaringan mengalami kerusakan jika tidak mendapatkan makanan menurut kadarnya maka demikian pula ruh ia memerlukan makanan yang dapat memberikan tenaga rohani agar ia dapat memelihara sendi dan ketentuan-ketentuan lainnya.
Yang demikian ini serta contoh-contoh lain yang serupa cukup menjelaskan kepada kita tentang hakikat wahyu. Orang yang sejaman dengan wahyu itu menyaksikan wahyu dan menukilnya secara mutawatir dengan segala persyaratannya yang meyakinkan kepada generasi-generasi sesudahnya. Umat manusia pun menyaksikan pengaruhhnya di dalam kebudayaan bangsa serta dalam kemamouan pengikutnya. Manusia akan menjadi mulia selama tetap terpegang pada keyakinan itu, dan akan hancur serta hina bila mengabaikanya. Kemungkinan terjadinya wahyu serta kepastiannya sudah tak dapat diragukan lagi, serta perlunya manusia kembali kepada petunjuk wahyu demi menyiram jiwa yang haus akan nilai-nilai luhur dan kesegaran rohani.



1.      Arti wahyu
Dikatakan wahaitu ilaih dan auhaitu bila kita berbicara kepadanya agar tdak diketahui oleh orang lain. Wahyu adalah isyarat yang cepat. Itu terjadi melalui pembicaraan berupa rumus dan lambang, dan terkadang melalui suara semata, dan terkadang pula melalui isyarat dengan sebagian anggota badan.
[3]Alwahy atau wahyu adalah kata masdar (infinitif); dan materi kata itu menunjukkan pengertian dasar; yaitu tersembunyi dan cepat. Oleh sebab itu, maka dikatakan bahwa wahyu ialah pemberitahuan secara tersembunyi dan cepat yang khusus ditinggikan kepada orang yang diberitahu tanpa diketahui orang lain. Inilah pengertian masdarnya. Tetapi terkadang juga bahwa yang dimaksudkan adalah al-muha yaitu pengertian ism maf’ul yang diwahyukannya. Pergertian wahyu dalam arti bahasa meliputi:
a.       Ilham sebagai bawaan dasar manusia, seperti wahyu terhadap ibu Nabi Musa
b.      Ilham yang berupa naluri pada binatang, seperti wahyu kepada lebah
c.       Isyarat yang cepat melalui rumus dan kode, seperti isyarat Nabi Zakariah
d.      Bisikan dan tipu daya setan untuk menjadikan yang buruk kelihatan indah dalam diri manusia;

Definisi di atas adalah definisi wahyu dengan pengertian masdar. Bagian definisi ini mengesanka adanya kemiripan antara wahyu dengan suara hati atau kasiyaf; tetapi pembedanya dengan islam di akhir definisi meniadakan hal ini.


2.      Cara wahyu Allah turun kepada malaikat\
a.       Di dalam al-qur’anul karim terdapat nash mengenai kalam Allah kepada para malaikat-nya.  
30. ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

Nash-nash di atas dengan tegas menunjukkan bahwa Allah berbicara kepada malaikat tanpa perantaraan dan dengan pembicaraan yang diphami oleh para malaikat itu.

b.      Telah nyata pulalah bahwa qur’an telah dituliskan di lauhul mahfuz berdasarkan firman Allah:
ö@t/ uqèd ×b#uäöè% ÓÅg¤C ÇËÊÈ   Îû 8yöqs9 ¤âqàÿøt¤C ÇËËÈ  
21. bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al Quran yang mulia,
22. yang (tersimpan) dalam Lauh Mahfuzh.

Demikian pula bahwa Qur’an itu di turunkan sekaligus kebaitul ‘izzah yang berada di langit dunia pada malam lailatur qadar di bulan ramadan.
Di dalam sunah terdapat hal yang menjelaskan nuzul (turunnya) qur’qan yang menunjukkan bahwa nuzul itu bukanlah nuzul ke dalam hati Rasullullah.
Dari ibn Abbas dengan hadis mauquf: “qur’an itu diturunkan sekaligus ke langit dunia pada malam lailatu qadar. Kemudian setelah itu diturunkan selama dua puluh tahun. Lalu Ibn Abbas membacakan: Dan mereka (orang-orang kafir itu) tidak datang [4]kepadamu (membawa) sesuatu yang aneh, melainkan kami datangkan kepadamu yang benar dan penjelasan yang paling baik. (Al-Furqan/25:33). Dan qur’an (kami turunkan) berangsur-angsur agar engkau (Muhammad)  menurukannya kepada manusia perlahan-lahan dan kami turunkan secara bertahap. (Al-Isra/17:106)
            Oleh sebab itu para ulama berpendapat mengenai cara turunnya wahyu Allah yang berupa  al-qur’an  kepada jibril dengan beberapa pendapat:
a.       Bahwa Jibril menerimanya secara pendengaran dari Allah dan lafalnya yang khusus.
b.      Bahwa Jibril menghafalnya dari lauhul mahfuz
c.       Bahwa maknanya disampaikan pada Jibril, dengan lafalnya adalah lafal jibril atau lafal Muhammad
Pendapat pertama itulah yang benar; dan pendapat itu yang dijadikan pegangan oleh ahlus sunnah wal jam’ah (aswaja), serta diperkuat oleh hadis nawas bin sam’an di atas.
Menisbahkan qur’an kepada Allah itu terrdapat beberapa ayat
y7¯RÎ)ur ¤)n=çGs9 šc#uäöà)ø9$# `ÏB ÷bà$©! AOŠÅ3ym AOŠÎ=tæ ÇÏÈ  
6. dan Sesungguhnya kamu benar-benar diberi Al qur'an dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana lagi Maha mengetahui. (an-Naml/27:6)
Qur’an adalah kalam Allah dengan lafalnya, bukan kalam jibril atau kalam Muhammad. Sedang pendapat kedua di atas itu tidak dapat dijadikan pegangan, sebab adannya qur’an di lauhul mahfuz itu seperti hal-hal gaib yang lain, termasuk Qur’an.
C.     SEJARAH ALQURAN
Alquran diturunkan kepada nabi muhammad secara berangsur-angsur selama 22 tahun 2 bulan dan 22 hari atau di bulatkan menjadi 23 tahun. 13 tahun sewaktu nabi masih tinggal di makkah sebelum hijrah dan 10 tahun pada waktu beliau tinggal di madinah setelah hijrah. Alquran diturnnkan sedikit demi sedikit kepada nabi, terkadang satu surah atau  beberapa surah yang pendek saja atau terkadang hanya beberapa ayat saja, sesuai dengan kehendak Allah atau sesuai dengan kasus dengan atau problem yang dihadapi beliau di tengah-tengah masyarakat.
Sebagaimana keterangan di atas bahwa wahyu alquran yang diturunkan kepada  nabi dari segi turunnya di bagi menjadi dua bagian :
a.       Surah makiyah
Surah makiyah yaitu surah-surah atau ayat-ayat yang diturunkan kepada nabi muhammad sebelum hijrah ke madinah. Surah-surah atau ayat-ayat makiyah ini mendoinasi sebagian besar dari alquran yakni merupakan 19/30 dari alquran.
Tanda-tandan surah makiyah surah atau ayat-ayatny pendek-pendek, isi kadungannya tentang pembinaan mental serta akhlak, setiap surah yang terdapat ayat sajdah, yakni ayat yang diperintah sujud tilawah
b.       Surah Madaniyah
Adalah surah atau ayat-ayat alquran yang diturunkan kepada nabi muhamad sesudah hijrah ke madinah, yaitu sebanyak 11/30 dari alquran. Tanda-tanda usrah madaniyah Surah-surah atau ayat-ayatnya panjang-panjang, isi kandungan pada umumnya berupa norma-norma hukum (ayat-ayat syari’ah), isi kandungan menjelaskan tentang ibadah, muamalah, hukum, dan lain-lain yang menyangkut kemasyarakatan dan kenegaraan. Dll.
Alquran mulai diturunkan kepada nabi muhammad pada malam laylat al-qadar 17 ramadan pada usia 40 thn bertepatan tanggal 6 agustus 610 M sebgaimana keterangan dalam beberapa firman Allah.
Antara lain sebagi berikut :[5]
ãöky­ tb$ŸÒtBu üÏ%©!$# tAÌRé& ÏmŠÏù ãb#uäöà)ø9$# Wèd Ĩ$¨Y=Ïj9 ;M»oYÉit/ur z`ÏiB 3yßgø9$# Èb$s%öàÿø9$#ur 4 `yJsù yÍky­ ãNä3YÏB tök¤9$# çmôJÝÁuŠù=sù ( `tBur tb$Ÿ2 $³ÒƒÍsD ÷rr& 4n?tã 9xÿy ×o£Ïèsù ô`ÏiB BQ$­ƒr& tyzé& 3 ߃̍ムª!$# ãNà6Î/ tó¡ãŠø9$# Ÿwur ߃̍ムãNà6Î/ uŽô£ãèø9$# (#qè=ÏJò6çGÏ9ur no£Ïèø9$# (#rçŽÉi9x6çGÏ9ur ©!$# 4n?tã $tB öNä31yyd öNà6¯=yès9ur šcrãä3ô±n@ ÇÊÑÎÈ  
185. (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). karena itu, Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur. (surah al-baqarah 2 : 185)

* !$tBur $uZø9tRr& 4n?tã $tRÏö6tã tPöqtƒ Èb$s%öàÿø9$# tPöqtƒ s)tGø9$# Èb$yèôJyfø9$# 3 ª!$#ur 4n?tã Èe@à2 &äóÓx« 퍃Ïs% ÇÍÊÈ  
Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari Furqaan[616], Yaitu di hari bertemunya dua pasukan. dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (surah al-anfal 8 : 41)
Para ahli tafsir pada umunya menjelaskan pertemuan dua pasukan di maksudkan adalah perang badar yang terjadi pada tanggal 17 ramadhan pada tahun 2 H.
Wahyu pertama kali yang diterima nabi Muhammad adalah surah Al-alaq ayat 1-5 pada waktu nabi bersembunyi (ber-khalwat) di gua hira untuk beribadah
ù&tø%$# ÉOó$$Î/ y7În/u Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ   t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ   ù&tø%$# y7š/uur ãPtø.F{$# ÇÌÈ   Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ   zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷ètƒ ÇÎÈ  
1. bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam[1589],
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
[1589] Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca.
Sedangkan surah yang terakhir yang terakhir diturunkan kepada nabi Muhammad adalah surah surah Al-maidah (5): 3 pada saat beliau sedaang wukuf di padang arafah melaksanakan haji wada pada tanggal 9 dzulhijjah tahun ke 10 H atau 7 maret 632 M.
D.    HIKMAH TURUNNYA ALQURAN BERANGSUR-ANGSUR
Diantara hikmah yang dapat dipetik dari turunnya alquran secara berangsur-angsur adalah sebagai berikut.
a.       Untuk meneguhkan hati nabi dalam melakukan tugas risalah yang banyak tantangan dan hambatan, sebgaimana firman Allah dalam surah AL-furqan (25) : 32
tA$s%ur tûïÏ%©!$# (#rãxÿx. Ÿwöqs9 tAÌhçR Ïmøn=tã ãb#uäöà)ø9$# \'s#÷Häd ZoyÏnºur 4 y7Ï9ºxŸ2 |MÎm7s[ãZÏ9 ¾ÏmÎ/ x8yŠ#xsèù ( çm»oYù=¨?uur WxÏ?ös? ÇÌËÈ     
32. berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Al Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?"; demikianlah[1066] supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya secara tartil (teratur dan benar).

[1066] Maksudnya: Al Quran itu tidak diturunkan sekaligus, tetapi diturunkan secara berangsur-angsur agar dengan cara demikian hati Nabi Muhammad s.a.w menjadi kuat dan tetap.

b.       Demikian juga alquran diturunkan secara berangsur-angsur untuk menghibur nabi pada saat menghadapi kesulitan dan kesedihan yang dilancarkan orang-orang kafir.
c.        Untuk memudahkan pemeliharan dan pemahaman. Nabi Muhammad di utus  ditengah-tengah masyarakat yang Ummi (tidak bisa baca dan menulis). Dengan diturunkan alquran sedikit demi sedikit sedikit atau berangsur-angsur memudahkan mereka untuk menghafal dan memahaminnya
d.       Alquran diturunkan secara berangsur-angsur untuk menjawab dan menyelesaikan segala permasalahan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat pada masa itu.
E.     PEMELIHARAAN ALQURAN
1.      Pemeliharaan Alquran pada masa Rasulullah
Pada masa rasulullah masih hidup alquran di pelihara sedemikian rupa, sehingga cara ang paling terkenal untuk memlihara Alquran adalah dengan cara menghafal dan menuliskannya.
Rasulullah di masa hidupnnya menyampaikan wahyu kepada para sahabat dan memerintahkan agar sahabat mengahafal dengan baik. Apa yang diperintahkan oleh rasulullah dapat dilaksanakan dengan baik pula oleh para sahabat.
Selain dari cara menghafal ini, rasulullag memerintahan agar para sahabat yang pandai menulis segera menuliskan ayat-ayat alquran yang telah dihafal oleh mereka. Diantara sahabat yang diperintahkan untuk menulis ayat-ayatnya alquran adalah
Ø  4 sahabat terkemuka, yaiutu abu bakar, umar, usman, dan ali
Ø  Muawiyah bin abu sufyan
Ø  Zaid bi tsabit
Ø  Ubay bin ka’ab
Ø  Khalid bin walid
Bahkan menurut blachere, penulis wahyu itu mencapai jumlah 40 orang dari kalangan sahabat pada waktu
            Sahabat-sahabat tersebut diperintahkan oleh rasulullah untuk menulis wahyu itu turun. Penulisan tersebut di urut sesuai dengan perintah nabi. Setelah itu baru disimpan.
Disamping itu sahabat-sahabat terkemuka yang menghafal alquran menurut hadis yang diriwayatkan bukhari adalah :
Ø  Abdulah ibnu mas’ud
Ø  Salim bin mu’aqil, dia adalah maula abu huzaifah
Ø  Mu’az bin jabal
Ø  Ubay bin ka’ab
Ø  Zaid bin  tsabit
Ø  Abu zaid bin sukun dan
Ø  Abu darda”
Menurut sumber hadis bukhari, bahwa tujuh orang tersebutlah yang bertanggung jawab mengumpulkan alquran menurut apa yang mereka yang hafal itu, dan yang dihadalnya itu dikembalikan kepada rasulullah. Jadi, melalui sanad-sanad mereka Inilah alquran sampai kepada kita seperti yang ada sekarang ini.
2.       Pemelihar alquran pada masa abu bakar
Ketika abu bakar menjawab khalifah menggantikan rasulullahsetelah wafatnya, dia mengahadapi beberapa kemelut,  diantarannya yang terkenal,  adalah mengahadapi orang murtad di mana mereka ingkar untuk membayar zakat. Mengahadapi mereka tidak bisa tanggung-tanggung dan bahkan menghadapi mereka ini terpaksa dengan angkat senjata. Dalam menghadapi penduduk yaman yang ingkar zakat itu, perang tidak dapat di elakan lagi. Peristiwa itu terjadi 12 H. akibat dari pertempuran tersebut gugur 70 orang huffaz dari kalangan umat islam. Kejadian tersebut membuat umar khawatir akan kehilangan lebih banyak lagi dari kalangan qari huffaz, maka umar membicarakan hal tersebut kepada khalifah abu bakar. Umar berharap agar khalifah memerintahkan untuk mengumpulkan alquran. Dengan alasan tersebut  khalifah menyetujui usulan umar itu.
Menanggapi usulan tersebut maka zaid bin tsabit di tugaskan oleh abu bakar untuk mengumpulkan dan menulis alquran maka alquran yang semula ditulis ditulang-tulang, pelepah korma, daun kayu, dan lain sebagainnya di kumpulkan dan di salin kembali oleh zaid bin tsabit. Hasil salinan itu disebut dengan mushaf. Mushaf tersebut di serahkan oleh zaid bin tasbit pada khalifah abu bakar. Oleh abu bakar mushaf tersebut di simpannya.
3.       Pemeliharaan alquran di masa umar bin khattab
Setelah abu bakar wafat, umar bin khattab di angkat menjadi khalifah. Demikian juga halnya mushaf yang dahulunya disimpan oleh abu bakar, setelah umar menjadi khalifah maka mushaf di simpan oleh umar. Pada masa umar ini tidak sibuk membicarakan alquran, tapi lebih difokuskan pada pengembangan ajaran islam dan wilayah kekuasaan islam. Jadi, pada masa ini dapat dikatakan bahwa alquran tidak ditulis lagi, tapi ajaran alquran yang lebih dikedepankan. Oleh karena itu, setiap ada masalah umar selalu mengajak kembali kepada alquran, dengan maksud memperhatikan lebih teliti. Pesan apa yang di bawah alquran tersebut. maka rasio manusia muali berkembang pada masa ini alquran tidak di pahami secara tekstual saja, tapi lebih jauh lagi di pahami secara konstekstual.
4.      Pemeliharaan alquran di masa utsman bin afan
Setelah umar wafat, maka, usman di angkat menjadi khalifah oelh sebagian besar umat islam. Pada masa ini penyimpanan mushaf yang ditulis zaid bin tsabit itu di pindahkan ke khalifah utsman. Di samping itu masih ada lagi muashaf yang ditulis secara pribadi oleh beberapa orang sahabat, seperti mushaf ali, mushaf ubay bin ka’ab, dan mushaf ibnu mas’ud (abdullah). Menurut ali, orang yang paling besar jasannya dalam mengumpulkan jasannya adalah abu bakar.
Pada masa kekhalifahan utsman bin afan wilayah-wilayah yang di taklukan islam sudah semakin luas. Para qur’a sudah terpencar tempat tinggalnnya di beberapa daerah kekuasaan islam. Para ilmuwan yang ada di daerah-daerah mengambil atau menerima bacaan-bacaan dari utusan yang dikirim ke daerah mereka. Karna banyaknnya qurra’ tersebut tentu saja akan didapati bacaan-bacaan yang berbeda satu dengan yang lainnya. Perbedaan tersebut mungkin saja di karenakan huruf-huruf yyang terdapat di negri mereka. Mereka hidup menurut kelompok atau daerah tempat tinggal mereka.sebagian bentuk dari perbedaan itu ada yang menakjubkan kelompok ini adalah mereka yang bersandarkan kepada rasulullah, sehingga walaupun muncul perbedaan qira’at, tapi tidak mengubah bentuk tulisannya. Namun sangat disayangkan perbedaan itu makin lama semakin jauh, sehingga terjadi salah menyalahkan dan bahkan sampai kafir sampai mengkafirkan
Melihat keadaan seperti ini abu huzaifah khawatir akan terjadi perpecahan di kalangan umat islam padahal mulannya perbedaan itu hanya pada tingkat kanak-kanak. Melihat kenyataaan ini abu huzaifah menghadap khalifah menyampaikan hal tersebut.
Kekhawatiranyang disampaikan Abu Huzaifah itu dimaklumi oleh khalifah dan ditanggapinya. Selanjutnya khalifah usman mengumpulkan para sahabat dan memerintahkan mereka untuk menyalin mushaf yang pertama yang dibuat pada masa Abu Bakar. Dengan adanya perintah tersebut maka para sahabat berkumpul dan mengadakan ijma’ mengenai qira’at yang akan ditetapkan untuk dipakai dalam penyalinan alquran itu. Hasil dari rapat tersebut adalah al-quran ditulis kemba;I menggunakan satu bentuk tulisan yang belakangan dikenal dengan rasam Usmani. Setelah disepakatti maka al-qur’an yang berada di rumah Hafsah diambil untuk disalin kembali.
Untuk merealisasikan kesepakatan tersebut maka dibentuk suatu panitia untuk menyelesaikan. Panitia tersebut tediri atas empat orang yaitu Zaid bin tsabit al-anshari, Abdullah bin zubair, Sa’id bin ’ ash, dan Abdurraman bin al-haris bin hisyam al-quraisyiyyin. Belakangan panitia inik terkenal dengan panitia empat. Oleh empat oranng tersebut al-qur’an ditulis menurut lidah orang quraisyi. Alasannya adalah dengan bahasa tersebut tidak diperselisihkan lagi, karena semmua orang mengerti bahasa tersebut. Alasan lainnya adalah karena al-qur’an diturunkan menggunakan bahasa quraisyi.
Hasil kerja tersebut, al-qur’an diperbanyak menjadi lima  eksemplar. Lima eksemplar tersebut dibagikan ke lima daerah, yaitu
1.      Ditinggal di Madinah sebagai pegangan atau arrsip.
2.      Dikirim ke Kuffah
3.      Dikirim ke Bashrah
4.      Dikirim ke Damaskus
5.      Dikirim ke Mekkah
Sampai sekarang yang terkenal dari mushaf itu adalah mushaf usmani. Mushaf ini dijadikan standar baku bagi umat islam sampai sekarang, baik penulisan maupun bacaan.[7]




















[1]Mana’ khalil al-qattan studi ilmu-ilmu Qur’an bogor, litera antarnusa hlm 15-16
[2] Mana’ khalil al-qattan studi ilmu-ilmu Qur’an bogor, litera antarnusa hlm 17-21
. [2] Abdul majid khon, praktikum QIRA’AT edisi revisi jakaarta AMZAH hlm 2-3
[3] Mana’ khalil al-qattan studi ilmu-ilmu Qur’an bogor, litera antarnusa hlm 31-33
[4] Mana’ khalil al-qattan studi ilmu-ilmu Qur’an bogor, litera antarnusa hlm35-39
[5] Abdul majid khon, praktikum QIRA’AT edisi revisi jakaarta AMZAH hlm 20

[6]Abdul majid khon, praktikum QIRA’AT edisi revisi jakaarta AMZAH hlm 22

[7] Abu Anwar Ulumul Qur’an, Amzah, hal. 28

0 komentar:

Posting Komentar