A. SEJARAH TURUNNYA AL-QURAN
1. PENGERTIAN AL-QURAN
Qara’a mempunyai arti
mengumpulkan dan menghimpun, dan qira’ah berarti menghimpun huruf-huruf dan
kata-kata satu dengan yang lain dalam suatu ucapan yang tersusun rapi. Qur’an
pada mulanya seperti qira’ah, yaitu masdar (infinitif) dari kata
qara’a, qira’atan,
qur’anan. Allah berfirman
17. Sesungguhnya atas tanggungan kamilah
mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya.
18. apabila Kami telah selesai
membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu.
Qur’anah
disini berarti qira’ at-tahu (bacaannya/cara membacanya). Jadi kata itu adalah
masdar menurut wazan (tasrif, konjugasi). “fu’lan” dengan vocal “’u” seperti
“gufran” dan “syukran”. Kita dapat mengatakan qara’tuhu, qur’an, qira’atan, wa
qur’anan, artinya sama saja. Disini maqruh’ (apa yang dibaca) diberi nama
qur’an (bacaan) : yakni penamaan maf’ul dengan masdar.
Qur’an sebagai nama
bagi kitab yang diturunkan pada Muhammad, sehingga menjadi nama khas kitab itu,
sebgai nama diri. Dan secara gabungan kata itu di pakai untuk nama Qur’an
secara keseluruhan, begitu juga untuk penamaan ayat-ayatnnya. Maka jika kita
mendengar orang membaca ayat Qur’an, kita boleh mengatakan bahwa ia sedang
membaca Qur’an.
Sebagian ulama
berpendapat bahwa kata Qur’an itu pada mulannya tidak berhamzah sebagai kata
jadian; mungkin karena ia dijadikan
sebagai satu nama bagi kalam yang diturunkan kepada Nabi dan bukannya kata
jadian dari qara’a atau, mungkin juga karena ia berasal dari kata qorana
Asy-syai’a Bisy-syai’i yang berarti memperhunbungkan sesuatu dengan yang lain; atau
juga berasal dari kata qara’in (saling berpasangan) karena ayat-ayatnnya satu
dengan yang lain saling menyerupai. Dengan demikian, maka hruf nun itu asli.
Namun pendapat ini masih diragukan. Yang benar ialah pendapat yang pertama.
Definisi yang
kongkrit untuk al-qur’an ialah menghadirkannya dalam fikiran atau dalam realita
seperti misalnya kita menuju sebagai qur’an kepada yang tertulis di dalam
mushab atau terbaca dengan lisan.
Para ulama menyebut definisi qur’an
“qur’an adalah kalam atau firman Allah yang diturunkan kepada Muhammad yang
pembacanya merupakan suatu ibadah”.
Dan dengan
kata-kata yang diturunkan maka tidak termasuk kalam Allah yang suda khusus
menjadi miliknya.
[2]109.
Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat
Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat
Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)".
Nama-nama dan
sifatnya
Allah menamakan
qur’an dengan beberapa nama diantaranya:
1. Qur’an
2. Kitab
3. Furqan
4. Zikr
5. Tanzil
6. Nur (cahaya)
7. Huda (petunjuk)
8. Syifa (obat)
9. Rahman (rahmat)
10. Mauizah (maksiat)
11. Mubin (yang menerangkan)
12. Mubarah (yang diberkati)
13. Busyira (kabar gembira)
14. Aziz (yang mulia)
15. Majid (yang dihormati)
16. Nazir (pembawa peringatan)
Dari definisi di atas dapat di
keluarkan 5 faktor penting, yaitu sebagai berikut :
a. Alquran adalah firman Allah atau kalam Allah,
bukan perkataan malaikat jibril (ia hanya penyampai wahyu dari Allah), bukan
sabda nabi (beliau hanya menerima wahyu dari Allah), dan bukan perkataan
manusia biasa, mereka hanya berkewajiban untuk melaksanakannya.
b. Alquran hanya di berikan kepada nabi
muhamad tidak di berikan kepada nabi-nabi sebelumnya. Kitab suci yang di berikan kepada nabi sebelumnya namanya
bukan alquran. Zabur di berikan kepada nabi daud, taurat kepada nabi musa, dan
injil kepada nabi isa
c. Alquran sebagai mukjizat, maka tidak seorang
pun dalam sejrah sejak turunnya sejak awal turunnya sampai pada era modern dari
masa ke masa yang mampu menandinginnya, baik secara perseorangan maupun secara
kelompok sekalipun mereka ahli sastra bahasa dan sekalipun ayat atau surah yang
pendek
d. Di riwayatkan secara mutawatir, artinnya
diterima dan diriwayatkan banyak orang, tidak sedikit jumlahnya dan mustahil
mereka bersepakat dusta dari masa ke masa secara berturut-turut sampai kepada
kita.
e. Membacannya dicatat sebagai amal ibadah.
Hanya membaca alquran sajalah di antara sekian banyak bacaan yang di anggap
ibadah sekalipun pembaca tidak tahu maknannnya, apalagi jika mengetahui
maknannya dan dapat merenungkannya serta mengamalkannya. Nabi bersabda bahwa
setiap huruf pahalannya sepuluh kebaikan. Bacaan-bacaan yang lain tidak di
nilai ibadah, kecuali disertai niat yang baik seperti mencari ilmu. Jadi,
pahalanya adalah pahala mencari ilmu, bukan subtansi bacaan sebgaimana membaca
alquran.
B. Wahyu
Bagi Allah bukan
hal yang jauh dalam memilih dari antar hamba-Nya sejumlah jiwa yang dasarnya
begitu jernih dan kuadrat yang lebih bersih yang siap menerima sinar ilahi dan
wahyu dari langit serta hubungan dengan
makhluk lebih tinggi; agar kepadanya diberikan risalah ilahi yang dapat
memenuhi keperluan manusia. Mereka mempunyai ketinggian rasa keluruhan budi dan
kejujuran dalam menjalankan hukum. Mereka itulah para Rasul dan Nabi Allah.
Maka tidaklah aneh bila mereka berhubungan dengan wahyu yang datang dari
langit.
Dibalik tubuh
manusia ada ruh yang merupakan rahasia hidupnya. Apabila tubuh itu kehabisan
tenaga dan jaringan-jaringan mengalami kerusakan jika tidak mendapatkan makanan
menurut kadarnya maka demikian pula ruh ia memerlukan makanan yang dapat
memberikan tenaga rohani agar ia dapat memelihara sendi dan ketentuan-ketentuan
lainnya.
Yang demikian
ini serta contoh-contoh lain yang serupa cukup menjelaskan kepada kita tentang
hakikat wahyu. Orang yang sejaman dengan wahyu itu menyaksikan wahyu dan
menukilnya secara mutawatir dengan segala persyaratannya yang meyakinkan kepada
generasi-generasi sesudahnya. Umat manusia pun menyaksikan pengaruhhnya di
dalam kebudayaan bangsa serta dalam kemamouan pengikutnya. Manusia akan menjadi
mulia selama tetap terpegang pada keyakinan itu, dan akan hancur serta hina bila
mengabaikanya. Kemungkinan terjadinya wahyu serta kepastiannya sudah tak dapat
diragukan lagi, serta perlunya manusia kembali kepada petunjuk wahyu demi
menyiram jiwa yang haus akan nilai-nilai luhur dan kesegaran rohani.
1. Arti wahyu
Dikatakan wahaitu
ilaih dan auhaitu bila kita berbicara kepadanya agar tdak diketahui oleh orang
lain. Wahyu adalah isyarat yang cepat. Itu terjadi melalui pembicaraan berupa
rumus dan lambang, dan terkadang melalui suara semata, dan terkadang pula
melalui isyarat dengan sebagian anggota badan.
[3]Alwahy
atau wahyu adalah kata masdar (infinitif); dan materi kata itu menunjukkan
pengertian dasar; yaitu tersembunyi dan cepat. Oleh sebab itu, maka dikatakan
bahwa wahyu ialah pemberitahuan secara tersembunyi dan cepat yang khusus
ditinggikan kepada orang yang diberitahu tanpa diketahui orang lain. Inilah
pengertian masdarnya. Tetapi terkadang juga bahwa yang dimaksudkan adalah
al-muha yaitu pengertian ism maf’ul yang diwahyukannya. Pergertian wahyu dalam
arti bahasa meliputi:
a. Ilham sebagai bawaan dasar manusia,
seperti wahyu terhadap ibu Nabi Musa
b. Ilham yang berupa naluri pada binatang,
seperti wahyu kepada lebah
c. Isyarat yang cepat melalui rumus dan
kode, seperti isyarat Nabi Zakariah
d. Bisikan dan tipu daya setan untuk menjadikan
yang buruk kelihatan indah dalam diri manusia;
Definisi di atas adalah definisi
wahyu dengan pengertian masdar. Bagian definisi ini mengesanka adanya kemiripan
antara wahyu dengan suara hati atau kasiyaf; tetapi pembedanya dengan islam di akhir
definisi meniadakan hal ini.
2. Cara wahyu Allah turun kepada malaikat\
a. Di dalam al-qur’anul karim terdapat nash
mengenai kalam Allah kepada para malaikat-nya.
30. ingatlah ketika Tuhanmu berfirman
kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah
di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa
yang tidak kamu ketahui."
Nash-nash di
atas dengan tegas menunjukkan bahwa Allah berbicara kepada malaikat tanpa
perantaraan dan dengan pembicaraan yang diphami oleh para malaikat itu.
b. Telah nyata pulalah bahwa qur’an telah
dituliskan di lauhul mahfuz berdasarkan firman Allah:
ö@t/ uqèd ×b#uäöè% ÓÅg¤C ÇËÊÈ Îû 8yöqs9 ¤âqàÿøt¤C ÇËËÈ
21. bahkan yang didustakan mereka itu ialah
Al Quran yang mulia,
22. yang (tersimpan) dalam Lauh
Mahfuzh.
Demikian pula bahwa Qur’an itu di
turunkan sekaligus kebaitul ‘izzah yang berada di langit dunia pada malam
lailatur qadar di bulan ramadan.
Di dalam sunah
terdapat hal yang menjelaskan nuzul (turunnya) qur’qan yang menunjukkan bahwa
nuzul itu bukanlah nuzul ke dalam hati Rasullullah.
Dari ibn Abbas
dengan hadis mauquf: “qur’an itu diturunkan sekaligus ke langit dunia pada
malam lailatu qadar. Kemudian setelah itu diturunkan selama dua puluh tahun.
Lalu Ibn Abbas membacakan: Dan mereka
(orang-orang kafir itu) tidak datang [4]kepadamu
(membawa) sesuatu yang aneh, melainkan kami datangkan kepadamu yang benar dan
penjelasan yang paling baik. (Al-Furqan/25:33). Dan qur’an (kami turunkan)
berangsur-angsur agar engkau (Muhammad)
menurukannya kepada manusia perlahan-lahan dan kami turunkan secara
bertahap. (Al-Isra/17:106)
Oleh sebab itu para ulama
berpendapat mengenai cara turunnya wahyu Allah yang berupa al-qur’an
kepada jibril dengan beberapa pendapat:
a. Bahwa Jibril menerimanya secara
pendengaran dari Allah dan lafalnya yang khusus.
b. Bahwa Jibril menghafalnya dari lauhul
mahfuz
c. Bahwa maknanya disampaikan pada Jibril,
dengan lafalnya adalah lafal jibril atau lafal Muhammad
Pendapat pertama
itulah yang benar; dan pendapat itu yang dijadikan pegangan oleh ahlus sunnah
wal jam’ah (aswaja), serta diperkuat oleh hadis nawas bin sam’an di atas.
Menisbahkan
qur’an kepada Allah itu terrdapat beberapa ayat
y7¯RÎ)ur ¤)n=çGs9 c#uäöà)ø9$# `ÏB ÷bà$©! AOÅ3ym AOÎ=tæ ÇÏÈ
6.
dan Sesungguhnya kamu benar-benar diberi Al qur'an dari sisi (Allah) yang Maha
Bijaksana lagi Maha mengetahui. (an-Naml/27:6)
Qur’an
adalah kalam Allah dengan lafalnya, bukan kalam jibril atau kalam Muhammad.
Sedang pendapat kedua di atas itu tidak dapat dijadikan pegangan, sebab adannya
qur’an di lauhul mahfuz itu seperti hal-hal gaib yang lain, termasuk Qur’an.
C. SEJARAH ALQURAN
Alquran diturunkan
kepada nabi muhammad secara berangsur-angsur selama 22 tahun 2 bulan dan 22
hari atau di bulatkan menjadi 23 tahun. 13 tahun sewaktu nabi masih tinggal di
makkah sebelum hijrah dan 10 tahun pada waktu beliau tinggal di madinah setelah
hijrah. Alquran diturnnkan sedikit demi sedikit kepada nabi, terkadang satu
surah atau beberapa surah yang pendek
saja atau terkadang hanya beberapa ayat saja, sesuai dengan kehendak Allah atau
sesuai dengan kasus dengan atau problem yang dihadapi beliau di tengah-tengah
masyarakat.
Sebagaimana keterangan
di atas bahwa wahyu alquran yang diturunkan kepada nabi dari segi turunnya di bagi menjadi dua
bagian :
a. Surah makiyah
Surah makiyah
yaitu surah-surah atau ayat-ayat yang diturunkan kepada nabi muhammad sebelum
hijrah ke madinah. Surah-surah atau ayat-ayat makiyah ini mendoinasi sebagian
besar dari alquran yakni merupakan 19/30 dari alquran.
Tanda-tandan
surah makiyah surah atau ayat-ayatny pendek-pendek, isi kadungannya tentang
pembinaan mental serta akhlak, setiap surah yang terdapat ayat sajdah, yakni
ayat yang diperintah sujud tilawah
b. Surah
Madaniyah
Adalah surah atau ayat-ayat alquran yang
diturunkan kepada nabi muhamad sesudah hijrah ke madinah, yaitu sebanyak 11/30
dari alquran. Tanda-tanda usrah madaniyah Surah-surah atau ayat-ayatnya
panjang-panjang, isi kandungan pada umumnya berupa norma-norma hukum (ayat-ayat
syari’ah), isi kandungan menjelaskan tentang ibadah, muamalah, hukum, dan
lain-lain yang menyangkut kemasyarakatan dan kenegaraan. Dll.
Alquran mulai
diturunkan kepada nabi muhammad pada malam laylat al-qadar 17 ramadan pada usia
40 thn bertepatan tanggal 6 agustus 610 M sebgaimana keterangan dalam beberapa
firman Allah.
Antara lain
sebagi berikut :[5]
ãöky tb$ÒtBu üÏ%©!$# tAÌRé& ÏmÏù ãb#uäöà)ø9$# Wèd Ĩ$¨Y=Ïj9 ;M»oYÉit/ur z`ÏiB 3yßgø9$# Èb$s%öàÿø9$#ur 4 `yJsù yÍky ãNä3YÏB tök¤¶9$# çmôJÝÁuù=sù ( `tBur tb$2 $³ÒÍsD ÷rr& 4n?tã 9xÿy ×o£Ïèsù ô`ÏiB BQ$r& tyzé& 3 ßÌã ª!$# ãNà6Î/ tó¡ãø9$# wur ßÌã ãNà6Î/ uô£ãèø9$# (#qè=ÏJò6çGÏ9ur no£Ïèø9$# (#rçÉi9x6çGÏ9ur ©!$# 4n?tã $tB öNä31yyd öNà6¯=yès9ur crãä3ô±n@ ÇÊÑÎÈ
185. (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan,
bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi
manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara
yang hak dan yang bathil). karena itu, Barangsiapa di antara kamu hadir (di
negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan
itu, dan Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka
(wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada
hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki
kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu
mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu
bersyukur. (surah al-baqarah 2 : 185)
* !$tBur $uZø9tRr& 4n?tã $tRÏö6tã tPöqt Èb$s%öàÿø9$# tPöqt s)tGø9$# Èb$yèôJyfø9$# 3 ª!$#ur 4n?tã Èe@à2 &äóÓx« íÏs% ÇÍÊÈ
Kami
turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari Furqaan[616], Yaitu di hari
bertemunya dua pasukan. dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (surah
al-anfal 8 : 41)
Para
ahli tafsir pada umunya menjelaskan pertemuan dua pasukan di maksudkan adalah
perang badar yang terjadi pada tanggal 17 ramadhan pada tahun 2 H.
Wahyu pertama kali yang diterima nabi Muhammad adalah
surah Al-alaq ayat 1-5 pada waktu nabi bersembunyi (ber-khalwat) di gua hira
untuk beribadah
ù&tø%$# ÉOó$$Î/ y7În/u Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ ù&tø%$# y7/uur ãPtø.F{$# ÇÌÈ Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷èt ÇÎÈ
1. bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. yang mengajar (manusia) dengan perantaran
kalam[1589],
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.
[1589] Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan
perantaraan tulis baca.
Sedangkan
surah yang terakhir yang terakhir diturunkan kepada nabi Muhammad adalah surah
surah Al-maidah (5): 3 pada saat beliau sedaang wukuf di padang arafah
melaksanakan haji wada pada tanggal 9 dzulhijjah tahun ke 10 H atau 7 maret 632
M.
D.
HIKMAH TURUNNYA ALQURAN BERANGSUR-ANGSUR
Diantara hikmah yang dapat
dipetik dari turunnya alquran secara berangsur-angsur adalah sebagai berikut.
a. Untuk meneguhkan hati nabi dalam melakukan tugas
risalah yang banyak tantangan dan hambatan, sebgaimana firman Allah dalam surah
AL-furqan (25) : 32
tA$s%ur tûïÏ%©!$# (#rãxÿx. wöqs9 tAÌhçR Ïmøn=tã ãb#uäöà)ø9$# \'s#÷Häd ZoyÏnºur 4 y7Ï9ºx2 |MÎm7s[ãZÏ9 ¾ÏmÎ/ x8y#xsèù ( çm»oYù=¨?uur WxÏ?ös? ÇÌËÈ
32. berkatalah orang-orang
yang kafir: "Mengapa Al Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun
saja?"; demikianlah[1066] supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami
membacanya secara tartil (teratur dan benar).
[1066] Maksudnya: Al Quran
itu tidak diturunkan sekaligus, tetapi diturunkan secara berangsur-angsur agar
dengan cara demikian hati Nabi Muhammad s.a.w menjadi kuat dan tetap.
b.
Demikian juga alquran diturunkan secara berangsur-angsur untuk menghibur
nabi pada saat menghadapi kesulitan dan kesedihan yang dilancarkan orang-orang
kafir.
c.
Untuk memudahkan pemeliharan dan pemahaman. Nabi Muhammad di utus ditengah-tengah masyarakat yang Ummi (tidak
bisa baca dan menulis). Dengan diturunkan alquran sedikit demi sedikit sedikit
atau berangsur-angsur memudahkan mereka untuk menghafal dan memahaminnya
d.
Alquran diturunkan secara berangsur-angsur untuk menjawab dan
menyelesaikan segala permasalahan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat pada
masa itu.
E.
PEMELIHARAAN ALQURAN
1. Pemeliharaan Alquran pada masa Rasulullah
Pada masa rasulullah masih hidup alquran di pelihara
sedemikian rupa, sehingga cara ang paling terkenal untuk memlihara Alquran
adalah dengan cara menghafal dan menuliskannya.
Rasulullah di masa hidupnnya menyampaikan wahyu kepada
para sahabat dan memerintahkan agar sahabat mengahafal dengan baik. Apa yang
diperintahkan oleh rasulullah dapat dilaksanakan dengan baik pula oleh para
sahabat.
Selain dari cara menghafal ini, rasulullag
memerintahan agar para sahabat yang pandai menulis segera menuliskan ayat-ayat
alquran yang telah dihafal oleh mereka. Diantara sahabat yang diperintahkan
untuk menulis ayat-ayatnya alquran adalah
Ø 4 sahabat terkemuka, yaiutu abu bakar, umar, usman,
dan ali
Ø Muawiyah bin abu sufyan
Ø Zaid bi tsabit
Ø Ubay bin ka’ab
Ø Khalid bin walid
Bahkan menurut blachere, penulis wahyu itu mencapai
jumlah 40 orang dari kalangan sahabat pada waktu
Sahabat-sahabat
tersebut diperintahkan oleh rasulullah untuk menulis wahyu itu turun. Penulisan
tersebut di urut sesuai dengan perintah nabi. Setelah itu baru disimpan.
Disamping itu sahabat-sahabat terkemuka yang menghafal
alquran menurut hadis yang diriwayatkan bukhari adalah :
Ø Abdulah ibnu mas’ud
Ø Salim bin mu’aqil, dia adalah maula abu huzaifah
Ø Mu’az bin jabal
Ø Ubay bin ka’ab
Ø Zaid bin tsabit
Ø Abu zaid bin sukun dan
Ø Abu darda”
Menurut sumber hadis bukhari, bahwa tujuh orang
tersebutlah yang bertanggung jawab mengumpulkan alquran menurut apa yang mereka
yang hafal itu, dan yang dihadalnya itu dikembalikan kepada rasulullah. Jadi,
melalui sanad-sanad mereka Inilah alquran sampai kepada kita seperti yang ada
sekarang ini.
2. Pemelihar
alquran pada masa abu bakar
Ketika abu bakar menjawab khalifah menggantikan
rasulullahsetelah wafatnya, dia mengahadapi beberapa kemelut, diantarannya yang terkenal, adalah mengahadapi orang murtad di mana
mereka ingkar untuk membayar zakat. Mengahadapi mereka tidak bisa
tanggung-tanggung dan bahkan menghadapi mereka ini terpaksa dengan angkat
senjata. Dalam menghadapi penduduk yaman yang ingkar zakat itu, perang tidak
dapat di elakan lagi. Peristiwa itu terjadi 12 H. akibat dari pertempuran
tersebut gugur 70 orang huffaz dari kalangan umat islam. Kejadian tersebut
membuat umar khawatir akan kehilangan lebih banyak lagi dari kalangan qari
huffaz, maka umar membicarakan hal tersebut kepada khalifah abu bakar. Umar
berharap agar khalifah memerintahkan untuk mengumpulkan alquran. Dengan alasan
tersebut khalifah menyetujui usulan umar
itu.
Menanggapi usulan tersebut maka zaid bin tsabit di
tugaskan oleh abu bakar untuk mengumpulkan dan menulis alquran maka alquran
yang semula ditulis ditulang-tulang, pelepah korma, daun kayu, dan lain
sebagainnya di kumpulkan dan di salin kembali oleh zaid bin tsabit. Hasil
salinan itu disebut dengan mushaf. Mushaf tersebut di serahkan oleh zaid bin tasbit
pada khalifah abu bakar. Oleh abu bakar mushaf tersebut di simpannya.
3. Pemeliharaan
alquran di masa umar bin khattab
Setelah abu bakar wafat, umar bin khattab di angkat
menjadi khalifah. Demikian juga halnya mushaf yang dahulunya disimpan oleh abu
bakar, setelah umar menjadi khalifah maka mushaf di simpan oleh umar. Pada masa
umar ini tidak sibuk membicarakan alquran, tapi lebih difokuskan pada
pengembangan ajaran islam dan wilayah kekuasaan islam. Jadi, pada masa ini
dapat dikatakan bahwa alquran tidak ditulis lagi, tapi ajaran alquran yang
lebih dikedepankan. Oleh karena itu, setiap ada masalah umar selalu mengajak
kembali kepada alquran, dengan maksud memperhatikan lebih teliti. Pesan apa
yang di bawah alquran tersebut. maka rasio manusia muali berkembang pada masa
ini alquran tidak di pahami secara tekstual saja, tapi lebih jauh lagi di
pahami secara konstekstual.
4. Pemeliharaan alquran di masa utsman bin afan
Setelah umar wafat, maka, usman di angkat menjadi
khalifah oelh sebagian besar umat islam. Pada masa ini penyimpanan mushaf yang
ditulis zaid bin tsabit itu di pindahkan ke khalifah utsman. Di samping itu
masih ada lagi muashaf yang ditulis secara pribadi oleh beberapa orang sahabat,
seperti mushaf ali, mushaf ubay bin ka’ab, dan mushaf ibnu mas’ud (abdullah).
Menurut ali, orang yang paling besar jasannya dalam mengumpulkan jasannya
adalah abu bakar.
Pada masa kekhalifahan utsman bin afan wilayah-wilayah
yang di taklukan islam sudah semakin luas. Para qur’a sudah terpencar tempat
tinggalnnya di beberapa daerah kekuasaan islam. Para ilmuwan yang ada di
daerah-daerah mengambil atau menerima bacaan-bacaan dari utusan yang dikirim ke
daerah mereka. Karna banyaknnya qurra’ tersebut tentu saja akan didapati
bacaan-bacaan yang berbeda satu dengan yang lainnya. Perbedaan tersebut mungkin
saja di karenakan huruf-huruf yyang terdapat di negri mereka. Mereka hidup
menurut kelompok atau daerah tempat tinggal mereka.sebagian bentuk dari
perbedaan itu ada yang menakjubkan kelompok ini adalah mereka yang bersandarkan
kepada rasulullah, sehingga walaupun muncul perbedaan qira’at, tapi tidak
mengubah bentuk tulisannya. Namun sangat disayangkan perbedaan itu makin lama
semakin jauh, sehingga terjadi salah menyalahkan dan bahkan sampai kafir sampai
mengkafirkan
Melihat keadaan seperti ini abu huzaifah khawatir akan
terjadi perpecahan di kalangan umat islam padahal mulannya perbedaan itu hanya
pada tingkat kanak-kanak. Melihat kenyataaan ini abu huzaifah menghadap
khalifah menyampaikan hal tersebut.
Kekhawatiranyang disampaikan Abu Huzaifah itu
dimaklumi oleh khalifah dan ditanggapinya. Selanjutnya khalifah usman
mengumpulkan para sahabat dan memerintahkan mereka untuk menyalin mushaf yang
pertama yang dibuat pada masa Abu Bakar. Dengan adanya perintah tersebut maka
para sahabat berkumpul dan mengadakan ijma’ mengenai qira’at yang akan
ditetapkan untuk dipakai dalam penyalinan alquran itu. Hasil dari rapat
tersebut adalah al-quran ditulis kemba;I menggunakan satu bentuk tulisan yang
belakangan dikenal dengan rasam Usmani. Setelah disepakatti maka al-qur’an yang
berada di rumah Hafsah diambil untuk disalin kembali.
Untuk merealisasikan kesepakatan tersebut maka
dibentuk suatu panitia untuk menyelesaikan. Panitia tersebut tediri atas empat
orang yaitu Zaid bin tsabit al-anshari, Abdullah bin zubair, Sa’id bin ’ ash,
dan Abdurraman bin al-haris bin hisyam al-quraisyiyyin. Belakangan panitia inik
terkenal dengan panitia empat. Oleh empat oranng tersebut al-qur’an ditulis
menurut lidah orang quraisyi. Alasannya adalah dengan bahasa tersebut tidak
diperselisihkan lagi, karena semmua orang mengerti bahasa tersebut. Alasan
lainnya adalah karena al-qur’an diturunkan menggunakan bahasa quraisyi.
Hasil kerja tersebut, al-qur’an diperbanyak menjadi
lima eksemplar. Lima eksemplar tersebut
dibagikan ke lima daerah, yaitu
1.
Ditinggal di Madinah sebagai pegangan atau arrsip.
2.
Dikirim ke Kuffah
3.
Dikirim ke Bashrah
4.
Dikirim ke Damaskus
5.
Dikirim ke Mekkah
Sampai sekarang yang terkenal dari mushaf itu adalah
mushaf usmani. Mushaf ini dijadikan standar baku bagi umat islam sampai
sekarang, baik penulisan maupun bacaan.[7]
[1]Mana’ khalil al-qattan studi ilmu-ilmu Qur’an bogor, litera antarnusa
hlm 15-16
[2] Mana’ khalil al-qattan studi ilmu-ilmu Qur’an bogor, litera antarnusa
hlm 17-21
. [2]
Abdul majid khon, praktikum QIRA’AT edisi revisi jakaarta AMZAH hlm 2-3
[3] Mana’ khalil al-qattan studi ilmu-ilmu Qur’an bogor, litera antarnusa
hlm 31-33
[4] Mana’ khalil al-qattan studi ilmu-ilmu Qur’an bogor, litera antarnusa
hlm35-39
0 komentar:
Posting Komentar