MAKALAH
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
PENGERTIAN,
RUANG LINGKUP DAN PERANAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
A. PENDAHULUAN
Dari zaman dahulu sampai sekarang, manusia tidak terlepas
dari masalah-masalah atau pertanyaan-pertanyaan tentang kehidupan yang
mengganggu pikirannya. Tentu saja untuk mengatasi hal tersebut, manusia perlu
mencari jawaban yang bisa memecahkan atau menjawab pertanyaan-pertanyaan
tersebut. Dalam hal ini diperlukan logika atau nalar manusia yang membuat
masalah tersebut terpecahkan yang mana disebut dengan berfilsafat.
Mengingat dominasi penggunaan nalar manusia dalam
berfilsafat, maka kebenaran yang dihasilkannya didasarkan atas penilaian
kemampuan maksimal menurut nalar manusia. Namun, karena nalar manusia bersifat
terbatas, maka kebenaran yang didapat bersifat relatif.
Filsafat dibutuhkan manusia dalam upaya menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam berbagai lapangan kehidupan. Jawaban
itu merupakan hasil pemikiran yang sistematis, integral, menyeluruh, dan
mendasar. Jawaban seperti itu digunakan untuk mengatasi masalah-masalah yang
menyangkut berbagai bidang kehidupan manusia, termasuk pendidikan.
Filsafat dapat dikatakan sebagai usaha untuk memahami atau
mengerti semesta dalam hal makna (hakikat) dan nilai-nilainya (esensi) yang
tidak cukup dijangkau hanya dengan panca indera manusia sekalipun. Bidang
filsafat sangatlah luas dan mencakup secara keseluruhan sejauh dapat dijangkau
oleh pikiran. Filsafat berusaha untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang
asal mula dan sifat dasar alam semesta tempat manusia hidup serta apa yang
merupakan tujuan hidupnya.
B. RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah
yang kami bahas adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengertian
filsafat pendidikan islam
2. Bagaimana ruang lingkup
filsafat pendidikan islam
3. Bagaimana peranan filsafat pendidikan
islam
C. PEMBAHASAN
1. Pengertian
Filsafat Pendidikan Islam
Kata “filsafat” berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu dari
kata “philos” dan “shopia”. Philos artinya cinta yang sangat mendalam, dan
shopia artinya kearifan atau kebijakan. Jadi, arti filsaafat secara harfiah
adalah cinta yang sangat mendalam terhadap kearifan atau kebijakan. Istilah
filsafat sering dipergunakan secara popular dalam kehidupan sehari-hari, baik
secara sadar maupun tidak sadar. Dalam penggunaan secara popular, filsafat
dapat diartikan sebagai suatu pendirian
hidup (individu), dan dapat juga disebut pandangan hidup (masyarakat).
Pengertian filsafat menurut para filosof antara lain, menurut
Plato ialah “pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran asli.” Menurut
Aristoteles mengartikan filsafat sebagai “ilmu pengetahuan yang meliputi
kebenaran yang tergabung di dalamnya metafisika, logika, retorika, ekonomi,
politik, dan estetika.” Sedangkan menurut Al-Farabi memaknai filsafat sebagai
“pengetahuan tentang hakikat sebagai yang sebenarnya”. Immanuel Kant
mengartikan filsafat sebagai “pengetahuan yang menjadi pangkal pokok segala
pengetahuan yang tercakup di dalamnya: apa yang dapat diketahui (metafisika),
apa yang seharusnya diketahui (etika), sampai di mana harapan kita (agama), apa
itu manusia (antropologi).”
Orang-orang Yunani, lebih kurang 600 tahun SM, telah
menyatakan bahwa pendidikan ialah uasaha membantu manusia menjadi manusia. Ada
dua kata yang penting dalam kalimat itu, pertama “membantu” dan kedua
“manusia”. Manusia perlu dibantu agar ia berhasil menjadi manusia. Seseorang
dapat dikatakan telah menjadi manusia bila telah memiliki nilai (sifat)
kemanusiaan. Itu menunjukkan bahwa tidaklah mudah menjadi manusia. Karena
itulah sejak dahulu banyak manusia gagal menjadi manusia. Jadi, tujuan mendidik
ialah me-manusia-kan manusia. Agar tujuan itu dapat dicapai dan agar program
dapat disusun maka cirri-ciri manusia yang telah menjadi manusia itu haruslah
jelas.
Makna pendidikan dapat dilihat dalam pengertian secara
khusus dan pengertian secara luas. Dalam arti khusus, Langeveld mengemukakan
bahwa pendidikan adalah bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak
yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaanya. Dalam arti luas, pendidikan
merupakan usaha manusia untuk meningkatkan kesejahteraan [1]hidupnya,
yang berlangsung sepanjang hayat. Dalam GBHN 1973 dikemukakan pengertian
pendidikan bahwa, “pendidikan pada
hakekatnya merupakan suatu usaha yang disadari untuk mengembangkan kepribadian
dan kemampuan manusia, yang dilaksanakan didalam maupun diluar sekolah, dan
berlangsung seumur hidup”. Lebih lanjut, Soegarda Poerwakawatja menguraikan
bahwa pengertian pendidikan dalam arti yang luas sebagai semua perbuatan dan
usaha dari generasi tua untuk mengalihkan pengetahuan, pengalaman, kecakapan,
dan keterampilannya kepada generasi muda, sebagai usaha menyiapkan generasi
muda agar dapat memahami fungsi hidupnya, baik jasmani maupun rohani. Upaya ini
dimaksudkan agar dapat meningkatkan kedewasaan dan kemampuan anak untuk memikul
tanggung jawab moral dari segala perbuatannya. Proses pendidikan adalah proses
perkembangan yang bertujuan. Dan tujuan dari proses perkembangan itu secara
alamiah ialah kedewasaan, kematangan, dari kepribadian manusia. Dengan
demikian, jelaslah bahwa pengertian pendidikan itu erat kaitannya dengan
masalah yang dihadapi dalam kehidupan manusia.
Filsafat pendidikan menurut Al-Syaibany adalah “pelaksanaan
pandangan falsafah dan kaidah falsafah dalam bidang pendidikan. Filsafat itu
mencerminkan satu dari segi pelaksanaan falsafah umum dan menitikberatkan
kepada pelaksanaan prinsip-prinsip dan kepercayaan-kepercayaan yang menjadi
dasar dari falsafah umum dalam menyelesaikan masalah-masalah pendidikan secara
praktis”. Selanjutnya Al-Syaibany berpandangan bahwa filsafat pendidikan,
seperti halnya filsafat umum, berusaha mencari yang hak dan hakikat serta
masalah yang berkaitan dengan proses pendidikan. Filsafat pendidikan berusaha
untuk mendalami konsep-konsep pendidikan dan memahami sebab-sebab yang
hakikidari masalah pendidikan. Filsafat pendidikan berusaha juga membahas
tentang segala yang mungkin mengarahkan proses pendidikan[2].
Pendidikan islam adalah bimbingan jasmani dan rohani
berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian
utama menurut ukuran-ukuran Islam. Pedidikan Islam juga bisa diartikan
bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan
himah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh dan mengawasi berlakunya
semua ajaran Islam.
Menurut
Marimba, sebagaimana dikutip Bawani, Pendidikan Islam adalah bimbingan
jasmani-rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya
kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.[3]
Menurut definisi ini, ada tiga faktor yang mendukung
pendidikan Islam. Pertama, harus ada
usaha untuk mengembangkan potensi jasmani dan rohani yang dididik secara
seimbang. Kedua, usaha tersebut
didasarkan pada ajaran Islam, terutama didasarkan pada al-Qur’an dan al-Hadits.
Ketiga, usaha tersebut bertujuan agar
yang dididik pada akhirnya memiliki kepribadian utama menurut ukuran Islam yang
jelas. Maka pendidikan Islam itu adalah membimbing orang yang dididik dengan
berdasarkan ajaran Islam.
Dengan terungkapnya beberapa definisi tentang pendidikan
Islam dan pendidikan itu sendiri maka dapatlah kiranya menunjukkan kepada
sebuah pengertian tentang Filsafat Pendidikan Islam, yaitu seperti yang
dinyatakan oleh Abdul Munir Mulkhan, bahwa Filsafat Pendidikan Islam adalah
usaha mencari asas-asas fundamental pendidikan Islam.[4]
Filsafat Pendidikan Islam juga bisa diartikan sebagai studi
tentang pandangan filosofis dari sistem dan aliran filsafat dalam Islam
terhadap masalah-masalah kependidikan dan bagaimana pengaruhnya terhadap
pertumbuhan dan perkembangan manusia Muslim dan umat Islam. Di samping itu,
Filsafat Pendidikan Islam juga merupakan studi tentang penggunaan dan penerapan
metode dan sistem filsafat Islam dalam memecahkan problematika pendidikan umat
Islam, dan selanjutnya memberikan arah dan tujuan yang jelas terhadap
pelaksanaan pendidikan umat Islam.
Dari beberapa definisi di atas dapat pemakalah simpulkan
bahwasannya Filsafat Pendidikan Islam adalah “usaha untuk membimbing manusia
secara mendalam, baik itu jasmani maupun rohani berdasarkan agama Islam supaya
terbentuk pribadi yang utama sesuai dengan ajaran Islam”.
2. Ruang
Lingkup Filsafat Pendidikan Islam
Filsafat pendidikan Islam merupakan pengetahuan yang
memperbincangkan masalah-masalah pendidikan Islam. Ruang lingkup filsafat
pendidikan tidak akan jauh dari beberapa hal di bawah ini:
a. Hakikat para pendidik
dan anak didik.
b. Hakikat materi pendidikan
dan metode penyampaian materi.
c. Hakikat tujuan
pendidikan dan alat-alat pendidikan yang dipergunakan untuk mencapai tujuan.[5]
d. Hakikat model-model
pendidikan.
e. Hakikat lembaga
formal dan nonformal dalam pendidikan.
f. Hakikat sistem
pendidikan.
g. Hakikat evaluasi
pendidikan.
h. Hakikat hasil-hasil
pendidikan.
Dalam filsafat pendidikan Islam, selain ruang lingkup yang
diterangkan di atas, terdapat substansi pendidikan yang sangat penting, bahkan
menentukan nilai sebuah proses pendidikan, yaitu:
a. Al-Qur’an dan
As-Sunnah sebagai sumber ajaran dalam pendidikan Islam.
b. Akhlak Nabi Muhammad SAW
yang dapat dijadikan sebagai pelajaran berharga untuk membentuk akhlak anak
didik.
c. Keimanan kepada seluruh
ajaran Islam yang dapat diterima oleh hati dan akal yang sehat.
d. Kehidupan dunia yang oleh
ajaran Islam dibebaskan pengembangannya.
e. Alam semesta yang
diciptakan untuk kemakmuran manusia.
f. Baik dan buruk.
g. Pahala dan dosa.
h. Ikhtiar dan takdir yang
menjadi bagian dari rencana kehidupan manusia dan kehendak Allah SWT yang pasti
adanya.
Dari penjelasan di atas dapat ditarik pemahaman bahwa ruang
lingkup filsafat pendidikan Islam berkaitan dengan pendekatan yang diterapkan
adalah sebagai berikut:
a. Ontologi ilmu
pendidikan, yang membahas hakikat substansi dan pola organisasi ilmu pendidikan
Islam.
b. Epistemologi ilmu
pendidikan, yang membahas hakikat objek formal dan materi ilmu pendidikan
Islam.
c. Metodologi ilmu
pendidikan, yang membahas hakikat cara-cara kerja dalam menyusun ilmu
pendidikan Islam.
d. Aksiologi ilmu pendidikan,
yang membahas hakikat nilai kegunaan teoritis dan praktis ilmu pendidikan
Islam.[6]
3. Peranan
Filsafat Pendidikan Islam
Peranan filsafat pendidikan Islam adalah harus mampu
menjawab segala permasalahan dalam bidang pendidikan, baik yang berkaitan
dengan system cara pengajarannya dan lain sebagainya, sebagaimana disebutkan
oleh Omar Mohammad al-Taumy al-Syaibany, bahwa filsafat pendidikan Islam harus
mampu memberikan kemanfaatan bagi khasanah pendidikan Islam berupa:
a. Membantu para
perancang dan pelaksana pendidikan dalam membentuk pemikiran yang benar
terhadap proses pendidikan.
b. Memberi dasar bagi
pengkajian pendidikan secara umum dan khusus.
c. Menjadi dasar
penilaian pendidikan secara menyeluruh.
d. Memberi sandaran
intelektual, bimbingan bagi pelaksana pendidikan untuk menghadapi tantangan
yang muncul dalam bidang pendidikan, sebagai jawaban dari setiap permasalahan
yang timbul dalam bidang pendidikan.
e. Memberikan pendalaman
pemikiran tentang pendidikan dan hubungannya dengan faktor-faktor spiritual,
kebudayaan, sosial, ekonomi, politik dan berbagai kehidupan lainnya.
Senada dengan pendapat di atas, Zuhairini juga menyampaikan
dan mengklasifikasikan tentang beberapa faktor yang menjadi peran dan tanggung
jawab filsafat pendidikan Islam dalam memberikan solusi kepada permasalahan
pada dunia pendidikan Islam. Filsafat pendidikan Islam memberikan
alternatif-alternatif pemecahan terhadap problem-problem yang dihadapi oleh
pendidikan Islam, antara lain:
a. Filsafat pendidikan
Islam menunjukkan problem yang dihadapi oleh pendidikan Islam, sebagai hasil dari
pikiran yang mendalam dan berusaha untuk memahami duduk masalahnya. Dengan
analisa filsafat maka filsafat pendidikan Islam bisa menunjukkan
alternatif-alternatif pemecahannya.
b. Filsafat pendidikan Islam
memberikan pandangan tertentu tentang manusia. Pandangan tentang hakikat
manusia tersebut berkaitan dengan tujuan hidup manusia dan sekaligus juga
merupakan tujuan pendidikan menurut Islam. Sehingga filsafat pendidikan Islam
berperan menjabarkan tujuan umum pendidikan Islam dalam bentuk tujuan khusus
yang operasional. Dan tujuan yang operasional ini berperan untuk mengarahkan
secara nyata gerak dan aktivitas pelaksanaan pendidikaan.
c. Filsafat pendidikan
Islam dengan analisanya terhadap hakikat hidup dan kehidupan manusia,
berkesimpulan bahwa manusia mempunyai potensi pembawaan yang harus ditumbuhkan
dan diperkembangkan. Filsafat pendidikan Islam menunjukkan bahwa potensi
pembawaan manusia tidak lain adalah sifat-sifat Tuhan, atau al asma’ al-husna, dan dalam[7]
mengembangkan sifat-sifat Tuhan tersebut dalam kehidupan kongret, tidak boleh
mengarah pada menodai dan merendahkan nama dan sifat Tuhan tersebut. Hal ini
akan memberikan petunjuk pembinaan kurikulum yang sesuai dan pengaturan
lingkungan yang diperlukan.
d. Filsafat pendidikan Islam,
dalam analisanya terhadap masalah-masalahnpendidikan Islam masa kini yang
dihadapinya, akan dapat memberikan informasi apakah proses pendidikan Islam
yang berjalan selama ini mampu mencapai tujuan pendidikan Islam yang ideal atau
tidak. Dapat merumuskan di mana letak kelemahannya dan dengan demikian bisa
memberikan alternatif-alternatif perbaikan pengembangannya.
Dari beberapa peran di atas, belumlah mewakili secara
universal, karena sebagaimana kita ketahui bersama bahwa aspek pendidikan Islam
sangatlah luas. Di situ tentu ada beberapa celah yang belum terwakili yang itu
juga menjadi peran filsafat pendidikan Islam. Akan tetapi bisa ditarik
kesimpulan mengenai peran filsafat pendidikan Islam, di antaranya berperan
menghasilkan teori-teori baru dalam dunia pendidikan Islam dan bagaimana
filsafat pendidikan Islam juga bisa mengembangkan serta memberikan paradigma
baru tentang pelaksanaan pendidikan Islam.[8]
D. PENUTUP
Kesimpulan
1. Filsafat pendidikan islam
adalah “usaha untuk membimbing manusia secara mendalam, baik itu jasmani maupun
rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam supaya terbentuk pribadi yang utama
sesuai dengan ajaran Islam”.
2. Ruang lingkup filsafat
pendidikan islam berkaitan dengan pendekatan yang diterapkan adalah sebagai
berikut:
a. Ontologi ilmu pendidikan, yang membahas
hakikat substansi dan pola organisasi ilmu pendidikan Islam.
b. Epistemologi ilmu
pendidikan, yang membahas hakikat objek formal dan materi ilmu pendidikan
Islam.
c. Metodologi ilmu
pendidikan, yang membahas hakikat cara-cara kerja dalam menyusun ilmu
pendidikan Islam.
d. Aksiologi ilmu pendidikan,
yang membahas hakikat nilai kegunaan teoritis dan praktis ilmu pendidikan
Islam.
3. Peranan filsafat pendidikan
islam adalah memberikan kemanfaatan bagi khasanah pendidikan Islam berupa:
a. Membantu para
perancang dan pelaksana pendidikan dalam membentuk pemikiran yang benar
terhadap proses pendidikan.
b. Memberi dasar bagi
pengkajian pendidikan secara umum dan khusus.
c. Menjadi dasar
penilaian pendidikan secara menyeluruh.
d. Memberi sandaran
intelektual, bimbingan bagi pelaksana pendidikan untuk menghadapi tantangan
yang muncul dalam bidang pendidikan, sebagai jawaban dari setiap permasalahan
yang timbul dalam bidang pendidikan.
e. Memberikan pendalaman
pemikiran tentang pendidikan dan hubungannya dengan faktor-faktor spiritual,
kebudayaan, sosial, ekonomi, politik dan berbagai kehidupan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Aziz,
Abd., Filsafat Pendidikan Islam, Yogyakarta:
Teras, 2009
Basri,
Hasan, Filsafat Pendidikan Islam,
Bandung: Pustaka Setia, 2009
Jalaluddin,
Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan, Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2013
Mulkhan,
Abdul Munir, Paradigma Intelektual
Muslim; Pengantar Filosofis Pendidikan islam dan Dakwah, Yogyakarta: Sipres,
1993
Nur
Uhbiyati, Abu Ahmadi, Ilmu Pendidikan
Islam, Bandung: Pustaka Setia, 1997
Sadulloh,
Uyoh, Pengantar Filsafat Pendidikan,
Bandung: Alfabeta, 2014
Soegiono,
Tamsil Muis, Filsafat Pendidikan,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012
Tafsir,
Ahmad, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2010
[13][5]
Jalaluddin, Abdullah Idi, Filsafat
Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), 8.
[17][9] Abdul Munir Mulkhan, Paradigma Intelektual Muslim; Pengantar
Filosofis Pendidikan islam dan Dakwah, (Yogyakarta:
Sipres, 1993), 69.
0 komentar:
Posting Komentar