Senin, 09 Oktober 2017

BAKAT SISWA



PEMBAHASAN
بسم الله الر حمن الر حيم
ﻗُﻞْ ﻛُﻞٌّ ﻳَﻌْﻤَﻞُ ﻋَﻠَﻰٰ ﺷَﺎﻛِﻠَﺘِﻪِ ﻓَﺮَﺑُّﻜُﻢْ ﺃَﻋْﻠَﻢُ ﺑَِﻦْ ﻫُﻮَ ﺃَﻫْﺪَﻯٰ ﺳَﺒِﻴﻼ
                                                                                                                                  


A.           Pengertian Bakat
Bakat merupakan salah satu karunia yang diberikan Allah kepada seluruh hambanya, masing-masing orang mempunyai bakat ataupun kemampuan yang berbeda. Bakat (aptitude) mengandung makna kemampuan bawaan yang merupakan potensi ( potential ability ) yang masih perlu dikembangan atau dilatih agar dapat terwujud. Bakat berbeda dengan kemampuan (ability) yang mengandung makna sebagai daya untuk melakukan sesuatu, sebagai hasil dari pembawaan dan latihan. Bakat juga berbada dengan kapasitas (capacity) dengan sinonimnya, yaitu kemampuan yang dapat dikembangkan di masa yang akan datang apabila latihan dilakukan secara optimal.[1]
Pengertian bakat menurut para pakar:
1.        Crow
 Bakat merupakan kualitas yang dimiliki  oleh semua orang dalam tingkat yang beragam.


2.        William B. Michael
bakat adalah kapasitas seseorang dalam melakukan tugas, yang dedikit sekali dipengaruhi atau tergantung dari latihan.
3.        Brigham
Bakat kondisi, kualitas, atau sekumpulan kualitas yang dititik beratkan pada apa yang dapat dilakukan individu (segi performance/kinerja) setelah individu mendapat latihan.
4.        Woodworth dan Marquis
bakat adalah prestasi yang dapat diramalkan dan dapat diukur melalui tes khusus.
5.        Guilford
bakat adalah kemampuan kinerja yang mencakup dimensi perseptual, dimensi psikomotor, dan dimensi intelektual.
Guilford juga memberikan defnisi tersendri mengenai bakat, yang menyatakan bahwa” Aptitude pertains to abilities to perform. There are actually as many abilities as there are actions to be performed, bence traits of this kind are very numerous” Guilford mengemukakan bahwa bakat (aptitude) mencakup 3 dimensi psikologis, yaitu: Dimensi perseptual, dimensi psikomotor, dimensi intelektual.[2]
B.            Mengukur Bakat Anak
Pengukuran bakat pada anak tidak bisa dilakukan jika masing-masing anak tesebut tidak mengetahui bakatnya  dalam bidang apa, untuk itu ada beberapa  cara mengidentifikasi Bakat :
a.         Dengan tes bakat (aptitude test)
b.        Dengan observasi terhadap minat Seseorang yang punya bakat dlm bidang tertentu mempunyai minat yang kuat dalam bidang tersebut
c.         Dengan pengalaman atau latihan Seseorang yang punya bakat dalam bidang    musik ketika dirinya diberi kesempatan untuk  belajar bermain musik cenderung menampakkan hasil.
Menurut Indah Mulatsih,( LIMA LANGKAH MUDAH MENCARI BAKAT DIRI), ada 5 cara mudah untuk menemukan bakat yang tersembunyi:
1.         Dengarkan orang lain
 “Gajah di pelupuk mata tidak kelihatan, kuman di seberang lautan kelihatan”. Ungkapan yang sama juga berlaku dalam melihat bakat tersembunyi. Dibandingkan diri sendiri, orang lain seringkali jauh lebih tahu dibandingkan diri sendiri.  Besar kemungkinannya orang lain sudah pernah (bahkan berkali-kali) mengatakan bahwa anda sangat menguasai bidang tertentu. Hanya saja selama ini mungkin anda mengabaikannya tidak menganggap serius. Sekarang saatnya mulai mendengarkan.

2.        Temukan sesuatu yang sangat mudah dilakukan
Suatu saat mungkin anda melihat seseorang (dengan jenis kelamin dan usia yang sama) begitu kesulitan melakukan sesuatu, tetapi anda bisa melakukan aktifitas yang sama dengan super mudah. Lain waktu, anda menemukan orang lain perlu ambil kursus atau sekolah khusus untuk melakukan sesuatu tetapi anda bisa melakukan hal yang sama dengan sangat mudah tanpa kursus atau sekolah khusus. Berarti aktifitas tersebut adalah bakat tersembunyi anda.

3.        Temukan sesuatu yang paling anda nikmati
Bakat tersembunyi sering kali menunjukan dirinya sendiri ke permukaan. Adakah majalah untuk topik (atau komunitas penghobi) tertentu yang tidak bisa anda lewatkan? Atau suatu aktifitas yang sangat ingin anda lakukan tetapi selama ini tidak karena keterbatasan tertentu (waktu/biaya/alat). Besar kemungkinan aktifitas tersebut adalah bakat tersembunyi anda. Tidak ada jaminan pasti bahwa setiap yang anda sukai merupakan bakat tersembunyi anda, tetapi kerap ada diantaranya.

4.        Temukan sesuatu yang sering anda bicarakan
Adakah topic tertentu yang anda sadari atau tidak, selalu menjadi topik anda? Suatu ketika mungkin anda membicarakan topik lain, tetapi ujung-ujungnya lari ke topik yang biasa anda bicarakan lagi. Bisa jadi aktifitas yang ada dalam topik tersebut adalah bakat tersembunyi anda, atau setidaknya terkait.

5.        Tanyakan pada orang lain
Dalam banyak hal, cara termudah dan tercepat untuk mengetahui sesuatu adalah dengan bertanya. Tanya pada siapapun yang anda pikir bisa dan bersedia memberikan penilaian yang obyektif. Tidak selalu orang terdekat [pacar/pasanga], bisa jadi mereka justru paling tidak obyektif. Minta mereka mengabaikan kebiasaan-kebiasaan buruk anda, yang anda butuhkan hanya kelebihan anda (anda tidak sedang merenungi hidup, tetapi menggali bakat tersembunyi). Sebisa mungkin usahakan dengan pertanyaan langsung “menurut kamu, apa bakat aku?”. Tanyai mereka secara terpisah, catat. Setelah semua jawaban terkumpul, perhatikan sesuatu yang paling sering disebutkan (oleh orang berbeda). Jika jumlah orang yang anda tanya cukup banyak, saya yakin pasti ada sesuatu yang sering disebutkan. Anda boleh tersenyum, karena 90% itu adalah bakat tersembunyi anda.[3]
Mengenali Bakat Seseorang
Menurut sejarahnya usaha pengenalan bakat itu mula-mula terjadi pada bidang kerja (atau jabatan), tetapi kemudian juga dalam bidang pendidikan. Bahwa dewasa ini dalam bidang pendidikanlah usaha yang paling banyak dilakukan. Dalam praktiknya hampir semua ahli yang menyusun tes untuk mengungkap bakat bertolak dari dasar pikiran analisis faktor.
Pemberian nama terhadap jenis-jenis bakat biasanya dilakukan berdasar atas dalam lapangan apa bakat tersebut berfungsi, seperti bakat matematika, bakat bahasa, bakat olah raga, dan sebagainya. Dengan demikian, maka macamnya bakat akan sangat tergantung pada konteks kebudayaan di mana seseorang individu hidup. Mungkin penamaan itu bersangkutan dengan bidang studi, mungkin pula dalam bidang kerja.
Sebenarnya setiap bidang studi atau bidang kerja dibutuhkan lebih dari satu faktor bakat saja. Bermacam-macam fakor mungkin diperlukan berfungsinya untuk suatu lapangan studi atau lapangan kerja tertentu. Suatu contoh misalnya bakat untuk belajar di Fakultas Teknik akan memerlukan berfungsinya faktor-faktor mengenali bilangan, ruang, berpikir abstrak, bahasa, mekanik, dan mungkin masih banyak lagi. Karena tiu ada kecenderungan di antara para ahli sekarang untuk mendasarkan pengukuran bakat itu pada pendapat, bahwa ada setiap individu sebenarnya terdapat semua faktor-faktor yang diperlukan untuk berbagai macam lapangan, hanya dengan kombonasi, konstelasi, dan intensitas yang berbeda-beda. Karena itu biasanya yang dilakukan dalam diagnosis tentang bakat adalah membuat urutan (ranking) mengenai berbagai bakat pada setiap individu.
Prosedur yang biasanya ditempuh adalah :
·         Melaksanakan analisis jabatan atau analisis lapangan studi untuk menemukan faktor-faktor apa saja yang diperlukan supaya orang dapat berhasil dalam lapangan tersebut.
·         Dari hasil analisis itu dibuat pencandraan jabatan atau pencandraan lapangan studi.
·         Dari Pencandraan jabatan atau pencandraan lapangan studi itu diketahui persyaratan apa yang harus dipenuhi supaya individu dapat lebih berhasil dalam lapangan tertentu.[4]

Setelah menegetahui bakat yang dimiliki oleh anak, kita bisa mengukur sampai sejauh mana tingkat perkembangan anak pada bakat yang dimilikinya. Menurut piaget dalam buku psikologi remaja Perkembangan intelegensi anak mengikuti tahapan sebagai berikut :
a.         Masa sensori motorik ( 0 – 2,5 tahun )
Tahap pertama bagi perkembangan intelegensi seorang anak di mulai sejak ia berusia 0 – 2,5 tahun. Masa ini merupakan tahapan untukmengenal lingkungan sehingga atas rangsangan yang ia terima dalam bentuk refleks .
b.        Masa pra – operasional
Pada tahap ke dua dari perkembangan intelegensi anak yang berlangsung sejak anak menginjak usia  2 – 7 tahun,anak mulai mampu menggunakan symbol yang mewakili suatu konsep , sehingga ia cenderung mempraktekan apa yang pernah dilihatnya.
c.         Masa konkrit operasional
Pada tahap ini anak –anak sudah dapat melakukan berbagai macam tugas. Kemampuan ini diperoleh oleh anak sejak berusia 7-11 tahun . anak mulai mengembangkan kemampuan berpikir ,yaitu mengenali sesuatu, mengingkari sesuatu, dan mencari hubungan timbal balik antara beberapa hal.
d.        Masa operasional
Ketika anak sudah menginjak usia diatas 11 tahun hingga menjadi dewasa, anak sudah mulai mampu berpikir secara abstrak  dan hipotesis. Anak sudah bias memperkirakan apa yang mungkin terjadi serta dapat menarik suatu kesimpulan.
Selain itu bisa juga menggunakan Tes Intelegensi:
Tes intelegensi dikembangkan oleh ahli ilmuwan jiwa asal perancis, Alfred Binet. Kemudian tes tersebut disempurnakan oleh Theodore Simon, sehingga tes intelegensi pada saat itu dikenal dengan istilah tes Binet Simon.[5] Selanjutnya, hasil tes intelegensi dinyatakan dalam angka. Angka tersebut menggambarkan hasil perbandingan antara kecerdasan dengan umur kalender. Rumus untuk pengukuran intelegensi ini dikemukakan oleh Williem Stern, seorang psikolog asal jerman yang dikenal dengan istilah  intelligence Quotient dan sering disingkat dengan IQ. Rumus intelegensi tersebut adalah sebagai berikut:

IQ= MA/CA X 100

Keterangan:
IQ = intelligence Quotient (perbandingan kecerdasan)
MA = mental age (umur kemampuan mental/kecerdasan)
CA = choronological Age (umur kalender)

C.            Mengoptimalkan bakat anak
Usia remaja adalah masa perkembangan yang ditandai dengan solidaritas tinggi terhadap teman-teman sebayanya. Remaja yang kurang memahami siapa dirinya, memiliki kebutuhan yang besar untuk berada dan diakui dalam kelompoknya. Hal ini seringkali membuat remaja mengikuti minat temannya, memilih bidang yang sebenarnya kurang sesuai dengan bakat serta minat pribadinya. Untuk memilih bidang-bidang yang akan dikembangkannya, remaja perlu berdiskusi, mencari masukan dan bertukar pikiran dengan orang tuanya.
Apa yang bisa orang tua lakukan dirumah :
o    Patoklah prestasi akademis yang tinggi namun realistis buat anak .
o    Tanamkanlah rasa optimis kepada mereka bahwa mereka bisa mencapainya.
o    Bicara dan bermain dengan anak, untuk meningkatkan kemampuan komunikasi.
o    Berceritalah mengenai berbagai peristiwa yang sedang terjadi, apa saja yang terjadi di lingkungan sekitar. Saat berbicara mengenai rutinitas harian Anda, jelaskan apa yang Anda lakukan dan mengapa. Doronglah anak untuk bertanya untuk Anda jawab, atau bisa juga bantu dia untuk menjawabnya sendiri.
o    Perhatikan apa yang mereka suka lakukan, seperti hobi menggambar, melukis, atau menggunakan angka-angka. Bantu mereka mengembangkan kesukaan itu, dan cari tahu bagaimana mereka bisa mengikuti lomba di lingkungan sekitar atau di tingkat kota.
o    Bawa anak ke tempat-tempat dimana mereka bisa mempelajari hal baru, seperti pentas musik, museum atau galeri seni.
o    Cari anggota keluarga yang bisa menjadi mentor membantu anak mengembangkan bakat mereka.
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kreativitas dan bakat  :
a.         Menciptakan lingkungan yang merangsang kreativitas
Mengembangkan rasa ingin tahu peserta didik dengan mengenalkannya pada berbagai hal atau kegiatan, misalnya dengan melakukan eksprerimen sederhana, membuat kreasi, atau mengunjungi museum.
b.        Melibatkan anak dalam kegiatan curah ide (brainstorming)
Meminta peserta didik untuk  melontarkan beragam ide dalam kelompok, dan kemudian membahas ide-ide yang dilontarkan. Semakin banyak ide yang dihasilkan, semakin besar kemungkinkan munculnya ide-ide yang unik.
c.         Memberikan kesempatan untuk bereksplorasi dan mencoba
Memberikan peserta didik kebebasan untuk melakukan eksplorasi, menemukan hal-hal baru, dan sesekali membuat kesalahan sehingga ia dapat belajar menelaah berbagai sudut pandang untuk memecahkan persoalan.
d.        Memunculkan motivasi internal
Menghargai setiap ide maupun karya yang dihasilkan peserta didk secara proporsional. Menghindari memberi kritik yang dapat menimbulkan kekecewaan pada peserta didik. Menghindari juga memberi pujian secara berlebihan. Hendaknya, tidak selalu menghadapkan peserta didik pada situasi yang kompetitif.
e.         Mengembangkan cara berpikir yang fleksibel dan playful
Melatih peserta didik untuk menelaah berbagai sudut pandang dalam menghadapi persoalan.
f.         Mengenalkan anak dengan orang-orang yang kreatif
Mengenalkan peserta didik pada seseorang yang memiliki suatu karya dan diskusikan mengenai kemampuannya. Pendidik  juga dapat merancang suatu kegiatan di sekolah, misalnya dengan mengundang ahli dalam bidang tertentu untuk berbagi pengalaman.
Untuk mengembangkan bakat dan minat peserta didik, diperlukan beberapa faktor berikut :
1.        Stimulasi
Faktor stimulan bakat dan minat bisa internal atau eksternal. Stimulan yang utama ialah kesadaran akan potensi diri, belajar dan terus belajar, konsentrasi dan fokus dengan kemampuan atau kelebihan diri kita. Jangan selalu melihat kepada kelemahan, karena waktu kita akan terbuang, sehingga bakat pun ikut terpendam dan minat jadi berkurang.
2.        Berusaha untuk Kreatif
Berusaha kreatif dengan mencari inspirasi dari mana saja, kapan saja,dan dari siapa saja. Kreativitas akan menuntun jalan kita menuju pengenalan dan pemahaman bakat, menumbuh kembangkan minat, sehingga kita dapat mengembangkannya agar bermanfaat untuk hidup kita.
3.        Pelihara Kejujuran dan Ketulusan.
Kita harus jujur mengakui bakat yang kita miliki sekalipun tidak begitu kita minati. Ketulusan menyukuri bakat dapat menumbuhkan minat meskipun perlu proses dan waktu. Bakat alami itu akan tetap ada, bisa dikembangkan dan dimanfaatkan dengan meningkatkan kekuatan minat. Misalnya, kita semua bisa menulis, bakat yang bisa menghasilkan tulisan yang lebih baik daripada orang lain. Ketika bakat itu disertai dengan minat yang kuat, maka bakat itu akan berkembang lebih pesat dan berkualitas. Bakat itu akan mengundang kerinduan untuk melakukannya kembali, seperti energi yang mensuplai kebutuhan.
Selain paparan diatas ada hal yang tidak bisa dipisahkan dalam mengoptimalkan bakat, yaitu Otak. Ada tiga tingkatan otak, yaitu otak reptile, otak mamalia dan otak neo cortex. Otak reptil berfungsi sebagai pusat kendali, sistem saraf otonomi dan untuk mengatur fungsi utama tubuh seperti pernapasan dan denyut jantung. Selain itu, otak reptil berfungsi mengatur reaksi seseorang terhadap bahaya atau ancaman dengan cara lari atau melawan. Dari otak reptil berkembang menjadi otak mamalia. Otak ini berperan dalam mengatur kebutuhan strata social, rasa memiliki atau memberikan emosi pada suatu kejadian, mengendalikan sistem kekebalan tubuh, hormon dan memori jangka panjang. Jika dihubungkan dengan memori jangka panjang maka otak ini sangat berpengaruh dalam pembelajaran. Dalam otak mamalia terdapat sistem limbic yang berfungsi sebagai saklar yang menentukan otak mana yang lebih aktif, apakah otak reptil atau otak neo cortex. Jika otak reptil yang lebih aktif maka seseorang akan cenderung bersifat marah, takut, tegang, dan stress. Jika otak neo cortex yang lebih aktif maka seseorang cenderung bahagia, tenang, dan rilex. Otak neo cortex memiliki fungsi untuk mengendalikan penglihatan, pendengaran, kreasi, berpikir, berbicara, dan semua hal yang berkaitan dengan kemampuan yang lebih tinggi atau intelegensi, mengendalikan nafsu dan emosi. Otak neo cortex menutupi otak reptil dan otak mamalia. Otak reptil disebut juga dengan otak yang berfikir.
Struktur otak berhubungan dengan keberbakatan. Keberbakatan adalah kemampuan individu yang perlu dikembangkan dan diperhatikan yang terkait dengan struktur otak. Secara genetik struktur otak sudah terbentuk sejak lahir tapi berfungsinya otak ditentukan oleh cara seseorang dalam beriteraksi dengan lingkungannya. Nah disinilah bakat bisa dikembangkan dalam pembelajaran. Jadi, guru harus memperhatikan dan perduli pada peserta didiknya yang sejatinya memiliki bakat masing-masing. Anak yang berbakat akan terlihat lebih menonjol dan anak tersebut cenderung lebih kreatif. Keberbakatan anak dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya yang paling menonjol adalah gen dan lingkungan. Gen mempengaruhi sebanyak 60% dan sisanya adalah lingkungan. Anak dapat mengoptimalkan bakat yang dimilikinya (gen) jika berada dalam lingkungan yang tepat/mendukung. Ada gen tapi lingkungan tidak mendukung, tidak akan bisa. Dan pada hakikatnya semua anak itu berbakat, hanya saja bakatnya berbeda-beda. Untuk itu tugas guru sekarang adalah bagaimana caranya menciptakan kondisi/lingkungan belajar yang dapat mendukung siswa dalam mengoptimalkan bakatnya. Salah satu caranya adalah dengan cara memahami bagian-bagian otak serta aktivasinya karena berkaitan dengan keberbakatan para siswa, sehingga nantinya guru dapat membuat rencana-rencana pembelajaran yang dapat mengembangkan, mengaktifkan dan mengoptimalkan bakat siswa.
Kemajuan sesuatu bangsa ditandai oleh tingkat sumber daya manusianya yang  berkualitas. Berbicara tentang kualitas manusia, maka pendidikan merupakan sarana terbaik untuk mengembangkan sumber daya tersebut. Pendidikan menurut Mcleod (Syah, 2009:10) adalah perbuatan atau proses  perbuatan untuk memperoleh pengetahuan. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan  Nasional No. 20 Tahun 2003, disebutkan  bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan  berencana untuk mewujudkan suasana  belajar dan proses pembelajaran agar  peserta didik secara aktif mengembangkan  potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan, secara formal diselenggarakan di sekolah. Sekolah merupakan tempat mengembangkan dan  belajar semua hal yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Banyak orang tua yang menyekolahkan anak-anaknya dengan tujuan agar menjadi manusia yang berguna kelak di kemudian hari. Sekolah harus dimanfaatkan seluas-luasnya dalam rangka mengembangkan kemampuan individu agar  berkembang optimal. Pencarian ilmu dan  proses belajar tidak terlepas dari berbagai  permasalahan yang menghambat dalam optimalisasi individu itu sendiri.[6]


























DAFTAR PUSTAKA

Sobur Alex. Psikologi umum dalam lintas sejarah, (bandung, pustaka setia, 2003).
Sunyabrata Sumadi. Psikologi Pendidikan, (jakarta, Raja Gravindo, 2008).
Sukardi Dewa ketut. Analisis tes psikologis. (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003).
Jurnal skiripsi ( Gema Muhammad Shidiq, Cece Rakhmat )





[1] Alex sobur, Psikologi umum dalam lintas sejarah, (bandung, pustaka setia, 2003), halaman: 181.

[2] Sumadi Sunyabrata, Psikologi Pendidikan, (jakarta, Raja Gravindo, 2008), halaman:165

[3] Ibid hal 161dan 161
[4] Ibid hal 167
[5] Dewa ketut Sukardi. Analisis tes psikologis. (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003), halaman:14
[6] Jurnal skiripsi ( Gema Muhammad Shidiq, Cece Rakhmat )

0 komentar:

Posting Komentar